kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jika Harga Pertalite Naik Rp 2.500 per Liter, Inflasi Diproyeksi Melesat 8%


Senin, 22 Agustus 2022 / 09:13 WIB
Jika Harga Pertalite Naik Rp 2.500 per Liter, Inflasi Diproyeksi Melesat 8%
ILUSTRASI. Pertamina membangun PLTS di seluruh atap SPBU


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Masyarakat harus bersiap dengan keputusan yang akan diambil pemerintah soal kepastian penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite. 

Jika pemerintah mengerek harga Pertalite, laju inflasi tahun ini bisa meroket lantaran kenaikan harga BBM juga menyulut harga lainnya, terutama transportasi dan bahan pokok.

Sebagai gambaran, sepanjang pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pertama kali menaikkan harga BBM bersubsidi jenis Premium hingga 30% pada November 2014. Satu bulan berikutnya, yakni pada Desember 2014, inflasi meroket hingga 8,36% year on year (yoy).

Pada tahun sebelumnya, tepatnya Juni 2013, juga terjadi kenaikan harga BBM. Di akhir tahun, inflasi melonjak ke level 3,83% yoy.

Baca Juga: Pertamina Imbau Masyarakat Beli BBM Sesuai Kebutuhan, Ini Alasannya

Sebab itu, Ekonom MakroEkonomi dan Pasar Keuangan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia Teuku Riefky memperkirakan, jika harga Pertalite naik maka inflasi tahun ini bisa mencapai 6% hingga 7% yoy.

Namun, dampak inflasi dari kenaikan harga BBM ini akan bersifat temporer. Dengan perkiraan tingginya inflasi pada tahun ini, ia malah optimistis inflasi ke depan akan mulai stabil. 

"Tahun depan harusnya inflasi tidak akan setinggi inflasi tahun ini karena ada high base effect, jadi tahun depan bisa lebih rendah lagi," kata Riefky kepada KONTAN, Minggu (21/8).

Kepala Ekonom Indo Premier Sekuritas Luthfi Ridho sependapat bahwa kenaikan harga BBM jenis pertalite bakal mengerek inflasi tahun ini ke kisaran 7%-8%. "Setiap kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar 10%, inflasi naik 1,2% sehingga inflasi di 2022 bisa 7%-8%," kata Luthfi.

Baca Juga: Harga BBM Pertalite dan Solar Bakal Naik, Begini Tanggapan Anteraja

Pemerintah memang belum mengumumkan berapa besar kenaikan harga Pertalite. Hanya saja, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia sebelumnya mengasumsikan kenaikan harga Pertalite menjadi Rp 10.000 atau naik 30,7% dari harga saat ini Rp 7.650/liter, Artinya ada potensi lonjakan inflasi 3,6% tahun ini.

Kenaikan harga BBM berdampak pada kenaikan harga pangan sekitar 30% lantaran ada kenaikan biaya logistik.

Dampaknya, konsumsi rumah tangga turun 0,2%-0,4%. Meski begitu, Luthfi optimistis, pemulihan ekonomi tahun ini masih sangat kuat sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bisa 5,1%.

Analis Makroekonomi Bank Danamon Indonesia Irman Faiz sepakat jika harga Pertalite naik, inflasi bisa naik di level 7% hingga 8% dengan asumsi harga Pertalite naik Rp 2.500 per liter menyumbang inflasi 2,44%-2,87% poin.

Baca Juga: Begini Kata Para Ekonom Sebelum Pemerintah Lakukan Penyesuaian Harga BBM Subsidi

"Harga BBM itu, yang besar selain dampak langsungnya (first round), selain itu juga ada dampak tidak langsungnya (second round), setelah kenaikan harga BBMnya," ujar Faiz.

Sebab, BBM telah menjadi bakar utama untuk distribusi maupun logistik dan proses produksi. Selain itu, akan juga berdampak pada konsumsi rumah tangga meski dampaknya baru akan terada penuh pada awal tahun 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×