Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi mengatakan penurunan produksi beras sejak tahun 2022 menjadi sebab dari kenaikan harga beras belakangan ini.
"Kenapa harga beras masih tinggi? Jadi di 6 bulan terakhir mulai Agustus 2022 sampai Januari ini kita memang produksinya di bawah kebutuhan bulanan yaitu 2,5 juta ton," kata Arief saat Rapat Kerja bersama Komisi IV DPR RI, Senin (3/4).
Bahkan Arief menjelaskan bahwa untuk mendapatkan surplus beras, produksi beras harus bisa di atas 2,5 juta ton. Sebab, kebutuhan bulanan masyarakat Indonesia mencapai 2,5 juta ton.
Baca Juga: 492.863 Ton Beras Impor Masuk, Bapanas: Tidak Rusak Harga Beras di Tingkat Petani
Maka saat produksi beras menurun maka akan berdampak pada penyerapan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) Bulog yang tidak maksimal. Sehingga Bulog tidak dapat melakukan intervensi harga beras di pasar.
Lebih lanjut Arief mengatakan pada Januari-April 2023 produksi beras berdasarkan data BPS mulanya mencapai 13,37 juta. Namun pada hitungan terakhir produksi beras pada bulan April akan terkoreksi sebanyak 420 ribu ton.
"Kalau masuk ke Mei kita diproyeksikan akan minus 430 ribu ton lagi, ini merupakan data BPS amatan terakhir Februari lalu," kata Arief.
Baca Juga: Minipis! Kini Cadangan Beras yang Dikuasai Perum Bulog Tinggal 245.223 Ton
Asal tahu saja, Harga beras terpantau masih bergerak naik, meski sedang musim panen raya.
Berdasarkan Sistem Pasar dan Kebutuhan Pokok (SPKP) Kementerian Perdagangan Senin (3/4) tercatat, harga beras premium naik menjadi Rp13.900/ kg dari sebelumnya Rp.13.800/kg dan beras medium naik menjadi Rp12.100/kg dari sebelumnya Rp. 12.000/kg.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News