kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga BBM turun, tapi tak gede-gede amat


Sabtu, 26 Maret 2016 / 16:45 WIB
Harga BBM turun, tapi tak gede-gede amat


Reporter: Asep Munazat Zatnika, Hendra Gunawan | Editor: Adi Wikanto

Jakarta. Anda yang berharap harga bahan bakar minyak (BBM) turun signifikan, ada baiknya membuang jauh harapan itu. Meski pemerintah memastikan harga BBM akan turun per April, namun penurunannya tak bakal gede.

Menteri Energi dan Sumber daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengatakan, pemerintah akan masih akan mematok harga BBM di atas harga keekonomiannya atau di atas harga pasar. Ini dilakukan untuk antisipasi jika dalam waktu dekat harga minyak dunia kembali naik.

Pemerintah khawatir jika harga minyak dunia naik yang kemudian diikuti oleh kenaikan harga BBM di dalam negeri, dampaknya tidak sebanding ketika pemerintah menurunkan harga BBM.

"Strategi penurunan yang kami lakukan lebih smoothing," kata Sudirman usai rapat koordinasi tentang perkembangan harga BBM bersama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution dan menteri terkait, Kamis (24/3).

Hanya saja, Sudirman tidak mengatakan berapa harga keekonomian BBM saat ini. Begitu pun harga BBM yang akan berlaku per 1 April nanti.

Yang jelas penurunan harga BBM untuk jenis Premium kelak tidak akan sampai Rp 1.000 per liter. "Penurunan harga itu sudah sangat sangat signifikan dari saat ini," janji Sudirman.

Menurut Sudirman, meski harga acuan minyak di Mean of Platts Singapore (MOPS) terus turun dalam tiga bulan terakhir, namun harganya diproyeksikan akan mengalami kenaikan secara perlahan hingga tahun 2019 nanti.

Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengakui, penurunan yang terjadi dalam tiga bulan terakhir itu membuat kinerja penjualan BBM Pertamina mengalami surplus. "Jika di tahun 2015 penjualan BBM minus, sekarang surplus semua," kata Dwi senang.

Sayang, seperti Sudirman, Dwi juga belum mau membuka berapa surplus yang dibukukan oleh Pertamina. Sebab, hal itu akan disamakan terlebih dulu setelah pembukuan kuartal pertama selesai dilakukan.

Sudirman menambahkan, surplus itu terjadi bukan hanya karena penurunan harga minyak dunia saja. Ada faktor lain yang mempengaruhi, seperti perkembangan kurs dan efisiensi yang dilakukan Pertamina.

Surplus yang bakal dikantongi Pertamina tahun ini sepertinya akan semakin gemuk. Sebab, kelebihan dana harga jual BBM yang diatas harga keekonomian tadi, bakal masuk kas Pertamina.

“Untuk kelebihan dananya, nanti akan dikelola oleh PT Pertamina,” kata Sudirman tanpa menjelaskan, pemasukan dari kelebihan harga jual BBM tersebut akan masuk pos mana.

Dampak ekonomi kecil

Pengamat energi dari Universitas Gajah Mada (UGM) Fahmi Radhi mengatakan, seharusnya pemerintah menurunkan harga BBM sesuai dengan harga keekonomiannya agar menimbulkan efek gulir ke sektor lain. Fahmi menghitung, saat ini harga keekonomian BBM jenis Premium adalah Rp 5.250 per liter.

“Harga itu sudah memperhitungkan biaya distribusi dan keuntungan Pertamina,” katanya. Jika harga BBM Premium sesuai dengan harga keekonomian, lanjut Fahmi, maka penurunannya akan signifikan dari harga saat ini yang Rp 7.050 per liter.

Penurunan signifikan itu akan berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi karena memberikan multiplier efek yang lebih besar ketimbang keuntungan yang diperoleh dari harga jual BBM Premium yang disimpan di Pertamina.

Selain itu, pemerintah dan Pertamina harus transparan dalam harga BBM agar ada transparansi. Dengan begitu, kelebihan harga BBM juga bisa terkontrol dengan baik, saat dikelola Pertamina.

Jika tak transparan, usul Fahmi, kelebihan dana harga jual BBM sebaiknya ditangani oleh badan khusus atau unit di bawah Kementerian ESDM. “Jika dikelola oleh Pertamina, nanti bisa tumpang tindih. Misalnya untuk menutup kerugian dia,” kata Fahmi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×