Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada 18 November 2014 rupanya hanya awal dari perubahan kebijakan energi di Indonesia. Pemerintah akan membuat kebijakan baru terhadap BBM bersubsidi: skema subsidi BBM itu akan berubah dari sistem kuota menjadi tetap atau fix.
Sistem tetap akan membatasi subsidi pada besaran tertentu di setiap liter BBM bersubsidi. Ini bisa menghemat anggaran subsidi, tapi dampaknya harga BBM bersubsidi bakal naik turun seiring perubahan harga minyak mentah di pasar dunia. Hanya, pemerintah belum memastikan nilai subsidi BBM yang akan diberikan terhadap setiap satu liter BBM bersubsidi.
Namun, ekonom memperkirakan, subsidi yang akan diberikan sebesar Rp 500 hingga Rp 1.000 per liter. Dan, jika harga minyak sedang turun, maka harga BBM bersubsidi pun ikut turun.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro bilang, pemerintah akan mengusulkan rencana perubahan skema subsidi bersamaan dengan pengajuan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2015 pada Januari 2015. Skema subsidi tetap diklaim dapat memudahkan pemerintah. "Besaran subsidi tetap per liter harus menunggu pembahasan di DPR," kata Bambang, akhir pekan lalu.
Jika skema subsidi tetap ini gol, beban anggaran subsidi BBM di APBN 2015 sebesar Rp 276,10 triliun bisa berkurang. "Bisa turun di bawah Rp 140 triliun," kata Bambang.
Dengan menerapkan subsidi tetap tahun depan, maka penghematan anggaran dalam penyaluran BBM bersubsidi bisa mencapai Rp 136 triliun. Penghematan ini dengan asumsi harga minyak Indonesia atau Indonesian crude price (ICP) di RAPBN-P 2015 di bawah US$ 100 per barel. Dalam APBN 2015 asumsi ICP adalah US$ 105 per barel.
Memacu ekonomi
Dana penghematan anggaran akibat penerapan subsidi tetap inilah akan dialokasikan untuk belanja modal seperti membangun infrastruktur. Ini demi mendukung pertumbuhan ekonomi tahun depan.
Di RAPBN-P 2015, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,8%, sama seperti di APBN 2015. Namun, pemerintah akan mengubah angka inflasi menjadi lebih tinggi, dari 4,4% di APBN 2015 jadi 4,7%–4,9%.
Kenaikan inflasi ini sebagai respons perubahan harga BBM. Ke depan, dengan mekanisme subsidi tetap, inflasi akan relatif lebih terkendali.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menyambut positif kebijakan subsidi tetap. Dalam pengenaan subsidi tetap, asumsi harga minyak cukup menentukan.
Ia menghitung, jika rata-rata ICP tahun depan US$ 90 per barel, maka subsidi tetap yang diberikan pemerintah cukup Rp 1.000 per liter. Jika ICP bawah US$ 90 per barel, subsidinya Rp 500 per liter. Namun jika target ICP US$ 100 per barel, maka subsidi tetap sebaiknya Rp 2.000 per liter.
Menurut Lana, pemerintah sangat perlu mempertimbangkan harga minyak ke depan apakah akan terus turun atau tidak. "Jangan terapkan harga yang rendah, takutnya malah kurang. Ketika harga minyak mentahnya naik, lebih baik subsidi tetap di kisaran Rp 1.000 per liter," terang Lana.
Dengan skema subsidi tetap, Lana memprediksi inflasi tahun depan hingga akhir tahun berada di kisaran 4,7%–4,9%. Inflasi tahunan berpotensi turun ke level normal 4,7% setelah November.
Ekonom Standard Chartered Eric Sugandhi melihat, pengenaan subsidi tetap memberikan manfaat pengurangan risiko politik bagi pemerintah dalam menaikkan atau menurunkan harga BBM. Jika harga minyak turun, pemerintah tidak perlu pusing untuk menurunkan harga; dan jika harga naik, pemerintah tidak perlu berpikir menaikkan harga.
Subsidi tetap akan membuat pemerintah lebih fokus mengurusi pos anggaran yang lainnya. "Tidak lagi direpotkan besaran subsidi BBM setiap tahunnya," tandas Eric.
Dengan harga minyak yang sedang rendah seperti sekarang, inilah kesempatan pemerintah untuk memperbaiki kebijakan energi – termasuk subsidi BBM yang selama ini membebani anggaran.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News