Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Pasifik Economic Cooperation (APEC), hanya menghasilkan satu kesepakatan yang paling konkret untuk dijalankan, yaitu pembentukan pusat inkubasi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
"Ide pembentukan pusat inkubasi UMKM ini adalah yang paling konkret dan berdampak luas bagi masyarakat di masing-masing negara anggota," kata Ketua Komisi VI DPR Airlangga Hartarto mengatakan, Rabu (9/10/2013).
Ia menambahkan, sektor UMKM ini menyerap 101,72 juta tenaga kerja atau 97,3 persen dari total tenaga kerja Indonesia. UKM juga menyumbang 57,12 persen dari produk domestik bruto (PDB) yang mencapai Rp 8.200 triliun.
Di sisi lain, dorongan untuk membentuk pusat inkubasi UMKM ini juga akan mendorong ekonomi dalam skala luas di seluruh negara anggota APEC.
“Faktanya, ekonomi mikro adalah penggerak ekonomi Indonesia. Data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah per Juni 2013, saat ini ada 55,2 juta UMKM atau 99,98 persen dari total unit usaha di Indonesia,” tambahnya.
Pada kesempatan terpisah, anggota APEC Business Advisory Council (ABAC) Erwin Aksa mengatakan, pusat inkubasi UMKM akan menggunakan teknologi inovasi yang akan memberikan kemudahan pemasaran dan juga pembiayaan karena semuanya menerapkan sistem all in one e-commerce.
"Pusat inkubasi atau accelerate center ini akan ada di 21 negara APEC. ABAC juga merekomendasikan munculnya kebijakan yang bisa memberikan jaminan kepada pelaku UMKM, khususnya jaminan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan diversifikasi pembiayaan," katanya.
ABAC merupakan suara resmi dari kalangan pebisnis APEC. Forum ini melibatkan para pemimpin bisnis dari 21 anggota APEC yang dipilih secara resmi oleh kepala pemerintah masing-masing dan bertugas mengidentifikasi prioritas-prioritas kebijakan dan isu-isu krusial dari sektor bisnis untuk mencapai kerjasama ekonomi yang lebih erat. (Didik Purwanto/Kompas.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News