Sumber: Kompas.com | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Ketua Umum sekaligus bakal calon presiden dari Partai Hanura, Wiranto, disebut sebagai salah satu kandidat paling tak diinginkan berdasarkan survei Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia. Apa tanggapan dari partai itu?
”Setiap opini yang dikembangkan pasti ada arahnya yang mau ditonjolkan siapa. Kan kita semua sudah tahu. Siapa pun yang mau berkomentar silakan, yang jelas tidak akan berpengaruh pada Wiranto-HT,” kata Sekretaris Fraksi Partai Hanura Saleh Husin di Kompleks Parlemen, Senin (30/12).
Saleh pun mengatakan tak percaya dengan hasil survei tersebut. Menurut dia survei internal justru memperlihatkan elektabilitas kandidat partainya terus membaik. Apalagi, kata dia, Wiranto juga semakin sering turun ke lapangan, termasuk menggelar beragam bakti sosial.
Dari bakti sosial tersebut, tutur Saleh, terlihat ada optimisme masyarakat yang semakin tumbuh pada sosok Wiranto. Penolakan seperti kata survei laboratorium Psikologi Politik UI itu pun tak tampak.
Kalaupun ada penolakan di internal partai, kata Saleh, itu tak dia nilai tak lebih sebagai dinamika yang pasti juga terjadi di semua partai. Penolakan memang sempat terdengar dari internal Partai Hanura, antara lain berupa kritik keras yang dilontarkan Ketua DPP Partai Hanura Fuad Bawazier.
Survei Laboratorium Psikologi Politik UI itu melibatkan penilaian dari 61 pakar. Tokoh yang paling ditolak ialah Prabowo Subianto dari Partai Gerindra, dengan 20% suara.
Berturut-turut tokoh berikutnya yang juga ditolak para responden adalah Rhoma Irama (18%), Aburizal Bakrie (18%), Megawati Soekarnoputri (7%), Pramono Edhie Wibowo (3%), dan Wiranto (3%). Sementara sebanyak 31% menjawab tokoh-tokoh lain yang masing-masing berpresentase kecil.
Ketua Laboratorium Psikologi Politik UI Hamdi Muluk mengatakan kini masyarakat memerlukan wajah-wajah baru dan berusia muda. Selain itu, tokoh lama dinilai tidak memiliki prestasi yang mengesankan.
"Ada penolakan publik terhadap tokoh-tokoh lama, khususnya dianggap bermasalah dalam integritas. Prestasi masa lalu juga tidak mengesankan dan tidak lagi jadi inspirasi Indonesia," kata Hamdi. (Sabrina Asril)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News