Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Risiko resesi global pada tahun 2023 berpotensi menekan kinerja neraca perdagangan barang Indonesia. Pasalnya, potensi resesi global akan menekan harga komoditas secara signifikan dan loyonya permintaan dari negara lain.
“Risiko resesi akan menekan harga komoditas pada tahun depan, meski memang masih di atas pra Covid-19. Selain itu, volume perdagangan akan termoderasi, serta biaya pengiriman tahun depan akan meningkat,” terang Ekonom Bank Danamon Irman Faiz dalam dokumen yang diterima Kontan.co.id, Minggu (16/10).
Dari perspektif volume, negara mitra dagang Indonesia seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa diperkirakan mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi pada tahun depan, seiring dengan pengetatan kebijakan moneter yang memberi dampak pada pertumbuhan.
Baca Juga: Ekonom BSI Meramal Surplus Neraca Perdagangan Menyusut di Bulan September
Di sisi lain, kinerja impor diperkirakan makin meningkat pada tahun depan. Sebenarnya, pada paruh pertama tahun ini, kegiatan impor sudah mamkin menggeliat, terutama untuk impor konsumsi barang tahan lama seperti peralatan rumah dan pakaian.
“Impor ini mengindikasikan aktivitas konsumsi terkait konsumsi barang tahan lama sudah meningkat. Ini juga akan memoderasi surplus neraca perdagangan ke depan,” tambah Faiz.
Senada dengan Faiz, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, ada potensi era surplus neraca perdagangan akan berbalik defisit pada kuartal I-2023. Kinerja ekspor bisa melandai seiring permintaan global yang melemah dan normalisasi harga komoditas.
Hanya saja, ini tak melulu pertanda buruk. Di sisi lain, kinerja impor diperkirakan meningkat karena makin kencangnya permintaan masyarakat. Ini melambangkan progres pemulihan ekonomi dalam negeri tetap bergulir.
Baca Juga: Hadapi Resesi Global, Surplus Neraca Dagang Indonesia Diramal Menyusut
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News