kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.975.000   59.000   3,08%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Greenpeace Hadang Kapal Pengangkut Kayu


Kamis, 15 Juli 2010 / 14:29 WIB


Reporter: Asnil Bambani Amri |



JAKARTA. Hari ini, Kamis (15/7), aktivis Greenpeace mengklaim telah melakukan blokade terhadap kapal tongkang yang mengangkut ribuan meter kubik kayu yang berasal dari hutan alam di Semenanjung Kampar, Riau.

Dalam aksi tersebut, aktivis Greenpeace membentangkan spanduk bertuliskan “APRIL Hentikan Merusak Masa Depan Kami.”

Dalam siaran persnya yang diterima KONTAN, Greenpeace mendesak perusahaan pulp and paper raksasa APRIL serta Pemerintah Indonesia untuk menghentikan perusakan hutan. Dalam aksi tersebut, 25 aktivis menghentikan kegiatan muat tongkang kayu yang direncanakan akan dibawa ke pabrik bubur kertas milik APRIL di Pangkalan Kerinci.

Aksi ini merupakan adalah aksi kedua aktivis Greenpeace untuk menghentikan pasokan kayu untuk APRIL yang dinilai mereka sudah merusak hutan alam di Kampar. Setelah aksi Greenpeace pada Oktober 2009 lalu, Menteri Kehutanan memerintahkan penghentian sementara penebangan hutan yang dilakukan oleh APRIL.

“Operasi APRIL dan APP menyebabkan kehancuran besar-besaran hutan kita dan cermin bertolak belakangnya komitmen internasional Presiden Susilo,” kata Zulfahmi, Juru kampanye Hutan Greenpeace Asia Tenggara tersebut (15/7).

Menurut Zulfahmi, APRIL kembali beroperasi setelah Kementerian Kehutanan mengeluarkan Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang mengizinkan APRIL beropreasi lagi. Dengan bekal RKT tersebut, APRIL dituding Greenpeace kembali beroperasi menghancurkan hutan Kampar. “Masyarakat lokal dari Teluk Meranti dan Teluk Binjai masih menentang operasi ini,” terang Zulfahmi.

Presiden Yudhoyono baru-baru ini mengumumkan moratorium (penghentian sementara) izin penebangan hutan dan lahan gambut mulai tahun 2011 di bawah kesepakatan senilai US$ 1 miliar dengan Norwegia, untuk mengurangi emisi gas rumah kaca Indonesia. Tapi versi Greenpeace, lahan hutan yang dikelola oleh APP dan APRIL tidak termasuk dalam kesepakatan Norwegia.

“Ini adalah kesempatan bagi pemerintah untuk memilih antara menyelamatkan warisan berharga lingkungan bagi generasi mendatang atau menyelamatkan dan kepentingan perusahaan-perusahaan pulp and paper raksasa yang tamak,” Zulfahmi menyimpulkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×