kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.950   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Gawat, tingkat kemiskinan tahun ini bisa naik ke level 14%


Kamis, 17 Maret 2011 / 18:05 WIB
Gawat, tingkat kemiskinan tahun ini bisa naik ke level 14%
ILUSTRASI. Gula.


Reporter: Irma Yani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Angka kemiskinan tahun ini bakalan sulit ditekan. Bahkan, angka kemiskinan diprediksi akan jauh melampaui angka yang ditargetkan pemerintah sebesar 11,5%-12,5%. Angka kemiskinan tahun ini juga diramal lebih tinggi dari yang tercatat pada 2010 lalu sebesar 13,3%.

Menurut Pengamat Ekonomi Ahmad Erani Yustika, angka kemiskinan tahun ini bisa mencapai level 14%. "Angka kemiskinan meningkat karena pemerintah sampai hari ini relatif kurang memberikan kompensasi kepada kebijakan yang memadai untuk menekan harga pangan," kata Ahmad. Itu sebabnya, program-program penanggualangn kemiskinan yang digalakkan pemerintah terlihat kurang efektif untuk menekan angka kemiskinan saat ini.

Erani menilai, gejolak harga pangan yang telah berlangsung sejak 2010 lalu menjadi pemicu utama tingginya angka kemiskinan. “Yang paling pokok ini pangan (penyebabnya), karena 70% konsumsinya orang miskin itu untuk pangan. Jadi begitu harga pangan naik, maka imbasnya akan besar sekali. Beda jika harga properti atau telekomunikasi yang naik, itu tidak berpengaruh pada mereka,” ucapnya.

Sementara, untuk gejolak harga minyak, menurutnya tidak begitu memberikan andil besar terhadap kenaikan angka kemiskinan. “Karena kan mereka buka konsumsi minyak untuk premium atau pertamax. Tapi lebih dari efek lanjutannya, jika harga minyak naik kemudian berpengaruh pada harga pangan, maka ini lah yang akan memicu mereka sehingga angka kemiskinan naik,” jelasnya.

Dia menambahkan, jika pemerintah tidak bisa membuat kebijakan yang lebih baik, seperti bantuan langsung tunai (BLT), maka ia memperkirakan angka kemiskinan ke depannya akan mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. “Kecuali pemerintah akan membuat kebijakan-kebijakan baru untuk mengantisipasi gejolak harga pangan,” terangnya.

Sementara itu, Direktur Perencanaan Makro Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Bambang Prijambodo pun sependapat. Meski tak memaparkan secara tegas, namun ia mengakui bahwa gejolak harga pangan memang memberikan dorongan yang cukup besar pada peningkatan angka kemiskinan saat ini.

“Memang garis kemiskinan itu sensitif terhadap inflasi, tapi inflasi itu lebih menjurus lagi terhadap harga pangan. Masalah stabilitas dan tersedianya kebutuhan pokok dalam masyarakat kurang mampu, terutama beras, jika ini bisa diantisipasi maka angka kemiskinan bisa menurun,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×