Reporter: Abdul Basith | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Langkah memindahkan impor produk susu dari Uni Eropa (UE) ternyata tak semudah membayangkannya. Perlu upaya serius dari pemerintah untuk bisa mewujudkannya.
Hal itu diungkapkan oleh Ketua Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Adhi S. Lukman. Pasalnya terdapat beberapa hal yang perlu menjadi perhatian. "Mengalihkan sumber bahan baku susu tidak semudah itu," ujar Adhi saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (2/8).
Baca Juga: Balas diskriminasi biodiesel, RI siapkan bea antisubsidi produk susu dari Uni Eropa
Salah satu faktor yang membuat impor sulit berpindah adalah teknis produk. Terdapat produk yang khusus menggunakan produk susu asal UE.
Selain itu, masalah perjanjian bisnis juga menjadi kesulitan dalam memindahkan impor. Terdapat perjanjian bisnis dua pihak dari produsen, importir, dan industri pengguna di akhir. "Kalau untuk impor produk akhir atau produk jadi lebih mudah," terang Adhi.
Adhi bilang, untuk kebutuhan bahan baku industri, UE bukan merupakan pemasok terbesar ke Indonesia. Impor produk susu ke Indonesia mayoritas berasal dari Australia dan Selandia Baru.
Baca Juga: Uni Eropa terapkan bea masuk biodiesel, simak saran ekonom
Meski begitu langkah tindakan balasan untuk pengenaan bea masuk anti subsidi biodiesel Indonesia ke UE perlu dipertimbangkan. Hal itu untuk melawan diskriminasi yang dilakukan oleh UE.
Sebelumnya Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita juga mengungkapkan telah memanggil importir produk susu. Ia menjelaskan bahwa produk susu dari UE juga menggunakan subsidi.
"Saya tadi baru mengundang importir susu, saya bilang ada unsur subsidi, sama seperti biodisel, lebih baik anda cari dari India dari Amerika untuk itu," kata Enggar beberapa waktu lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News