kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gapki Minta Program B50 Prabowo-Gibran Ditinjau Kembali, Ini Alasannya


Selasa, 30 April 2024 / 22:05 WIB
Gapki Minta Program B50 Prabowo-Gibran Ditinjau Kembali, Ini Alasannya
ILUSTRASI. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menilai rencana program biodisel 50 (B50) meminta program B50 yang diusung Prabowo Gibran perlu ditinjau kembali.


Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) meminta program biodisel 50 (B50) dari Presiden dan Wakil Presiden terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka perlu ditinjau kembali. 

Ketua Umum Gapki Eddy Martono mengatakan, peningkatan program B35 menjadi B40 saja yang akan dilakukan dalam waktu dekat berpeluang mengerek harga minyak dunia termasuk minyak sawit. 

Pasalnya, dengan menaikan konsumsi minyak sawit dalam negeri ini akan membuat pasokan minyak dunia terhambat, mengingat 60% minyak sawit mentah (CPO) di pasar global dipasok dari Indonesia. 

"Saya melihat program B35 ini sudah oke dengan kondisi produksi saat ini. Kalau untuk ke B40 harus dilihat lagi, apalagi ke B50," kata Eddy dalam Halal Bihalal Gapki di Jakarta, Selasa (30/4). 

Baca Juga: Prospek Penghematan Devisa dari Program B35 pada 2023

Eddy menyatakan program biodiesel saat ini atau B35 yang sedang berjalan sudah optimum jika dibandingkan dengan tingkat produksi CPO.

Berdasarkan data Gapki, program B35 hanya membutuhkan 10,64 juta ton CPO. Sementara jika naik menjadi B40 kebutuhan CPO untuk program ini turut naik menjadi 14 juta ton. 

Menurutnya kenaikan ini akan berdampak pada pengurangan volume ekspor CPO. Apalagi, produksi CPO dalam negeri mengalami stagnasi berkisar 50 juta ton setiap tahun. 

"Yang terjadi apa, kalau permintaan minyak nabati dunia naik karena suplai gak bagus, akan terjadi kenaikan harga dunia, termasuk minyak sawit," ujarnya. 

Eddy juga mengingatkan saat ini Indonesia menjadi konsumen terbesar dari produk turunan CPO seperti minyak goreng. Alhasil, saat ada kenaikan harga minyak dunia, Indonesia turut terpukul akan kenaikan harga itu sendiri. 

"Harga tiba-tiba naik itu akan susah, jangan sampai kebijakan menaikan program biodiesel itu merugikan kita," jelasnya. 

Baca Juga: Sisi Gelap di Balik Ambisi Indonesia Pacu Biodiesel, Defisit Hingga Harga Menjulang

Sebelumnya, presiden dan wakil presiden terpilih dalam Pemilu 2024, Prabowo-Gibran menargetkan esekusi program Biodiesel B50 & Bioetanol E10 pada 2029 mendatang. 

Rencana ini tercantum dalam buku visi misinya yang berjudul 'Prabowo Gibran 2024 Bersama Indonesia Maju'. 

Pasangan ini menyebut pencapaian swasembada pangan, energi, dan air harus dilakukan secara cepat dan seksama.

Mereka yakin Indonesia berpeluang menjadi raja energi hijau dunia. Ini akan ditempuh melalui pengembangan produk biodiesel dan bio-avtur dari sawit, bioetanol dari tebu dan singkong, serta energi hijau lainnya dari angin, matahari, dan panas bumi.

"Pada 2029 dengan sumber daya alam yang ada, sangat optimis program biodiesel B50 dan campuran etanol E10 akan dapat tercapai," kata Prabowo-Gibran dalam buku tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×