kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.409.000   5.000   0,21%
  • USD/IDR 16.713   36,00   0,22%
  • IDX 8.704   71,51   0,83%
  • KOMPAS100 1.193   10,37   0,88%
  • LQ45 855   7,42   0,88%
  • ISSI 311   3,27   1,06%
  • IDX30 442   2,05   0,47%
  • IDXHIDIV20 514   0,17   0,03%
  • IDX80 133   1,27   0,96%
  • IDXV30 141   0,77   0,54%
  • IDXQ30 141   0,27   0,19%

GAGASAN: Bencana Sumatera dan Kebisingan Media Sosial


Senin, 08 Desember 2025 / 11:35 WIB
GAGASAN: Bencana Sumatera dan Kebisingan Media Sosial
Dok. Badan Komunikasi Pemerintah


Reporter: Tim KONTAN | Editor: Indah Sulistyorini

KONTAN.CO.ID - Di tengah banjir informasi dan simpang siur kabar soal bencana di Sumatera satu kesaksian penting datang dari lapangan dari seorang content creator bernama Ferry Irwandi. Ia bukan pejabat pemerintah dan bukan pula juru bicara pemerintah. Ia tidak lebih dari sekadar relawan independen turun langsung ke titik-titik terdalam di provinsi Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Karena itu ketika ia mengatakan bahwa pemerintah melalui TNI dan Polri telah bekerja keras dalam mengangkat logistik membuka jalur hingga menembus daerah-daerah terisolasi. Kesaksian ini sangat patut untuk didengar sebagai koreksi atas kacamata media sosial seringkali meleset dari realitas.

Satu hal diungkapkan oleh Ferry dengan lugas: "semua hal baik kalian lihat semua hal positif itu tidak lepas dari kolaborasi semua pihak." Ia menekankan bahwa tanpa bantuan aparat logistik berpuluh-puluh ton tidak akan mungkin sampai dalam waktu cepat. Tanpa helikopter dan pesawat Hercules daerah seperti Takengon akan mustahil terjangkau dalam kondisi darurat bencana seperti ini. Kesaksian ini juga sekaligus merupakan validasi fakta dari seseorang benar-benar berada di garis depan.

Akan tetapi realitas di lapangan seperti ini kerapkali tenggelam karena satu hal. Yaitu kebisingan media sosial dimana gemar mengulang berita lama ketimbang mengikuti perkembangan terbaru.

Dalam beberapa hari terakhir linimasa media sosial dipenuhi repost video-video dan foto-foto lama di masa awal bencana dan narasi tidak terbarukan terus diputar berulang-ulang seakan masih mencerminkan kondisi aktual saat ini. Tak pelak lagi publik pun menjadi sulit membedakan mana kondisi lapangan sedang terjadi sekarang dan mana kondisi merupakan situasi di masa awal bencana lalu.

Fenomena ini tentu saja sangat merugikan kita semua sebagai bangsa dan negara. Pertama karena menutupi perkembangan terkini di lapangan termasuk progres signifikan dicapai oleh seluruh pihak telah bekerja keras. Mulai dari TNI, Polri, BNPB dan tidak terkecuali para relawan.

Kedua karena membuat publik terjebak dalam persepsi negatif seolah-olah negara gamang dan lamban dalam merespons bencana di Sumatera. Padahal hampir setiap hari selalu saja ada jalur atau daerah terisolasi mampu dibuka, logistik diterbangkan dan korban berhasil dijangkau.

Kesaksian Ferry yang mengatakan bahwa operasi di lapangan berkolaborasi taktis tanpa birokrasi ribet menjadi kontras dengan narasi digital di media sosial sering menjatuhkan vonis pemerintah gamang dan lamban. Padahal vonis itu muncul semata-mata karena linimasa tidak memperbarui diri dia sendiri.

Di lapangan TNI dan Polri tidak sekadar menjaga keamanan. Mereka menggotong logistik hingga mengatur akses darat terputus sehingga menjadi salah satu kunci penentu keberhasilan penanganan bencana berskala besar di Sumatera tersebut. Volume logistik dengan berat hingga 10 ton bukan angka kecil. Negara dengan segala otoritas dan perangkat dimiliki sajalah mampu menggerakkan operasi sebesar itu dalam hitungan jam seperti itu.

Tetapi semua hal itu seakan tidak ada arti di ruang digital akibat perhatian publik lebih sering tercuri oleh konten viral lama daur ulang beredar lagi tanpa konteks. Kerja keras dan kolaborasi berbagai pihak tidak mendapatkan ruang narasi secara pantas dan memadai.

Pada akhirnya, bencana adalah ujian dua hal: ketahanan negara dan ketahanan informasi. Dengan segala kekurangan dan kelebihan dimiliki pemerintah telah bekerja keras mempercepat pemulihan tiga provinsi di Sumatera.

Kini publik memerlukan disiplin informasi agar tidak terkecoh oleh kabar basi daur ulang terus diputar berulang-ulang tanpa empati.

Jika di lapangan saja kita semua telah bergerak maju maka kenapa percakapan kita di ruang digital tidak turut juga bergerak maju bersama. Bukan memilih untuk diam tertinggal oleh berita lama yang menutupi kerja nyata.

Ditulis oleh Bawono Kumoro, Peneliti Indikator Politik Indonesia

 

Selanjutnya: Jadwal One Piece Episode 1153 dan Cuplikan Video, Lanjutan Raksasa Besi vs Gorosei

Menarik Dibaca: Motorola Moto G06 Lebih tipis dari Moto G06 Power, Bawa Layar Luas 6.88 Inci

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×