kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.928.000   2.000   0,10%
  • USD/IDR 16.520   -20,00   -0,12%
  • IDX 6.833   5,05   0,07%
  • KOMPAS100 987   -1,19   -0,12%
  • LQ45 765   1,61   0,21%
  • ISSI 218   -0,33   -0,15%
  • IDX30 397   1,17   0,30%
  • IDXHIDIV20 467   0,48   0,10%
  • IDX80 112   0,13   0,12%
  • IDXV30 114   0,08   0,07%
  • IDXQ30 129   0,38   0,29%

FSGI desak penghapusan ujian nasional


Kamis, 16 Juni 2011 / 12:40 WIB
FSGI desak penghapusan ujian nasional
ILUSTRASI. Warga melintas di depan kantor Asuransi Jiwasraya di Jalan Juanda, Jakarta, Rabu (11/12/2019). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/wsj.


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Edy Can


JAKARTA. Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menilai, terbongkarnya kasus menyontek massal di SDN2 Gadel Surabaya sebagai puncak gunung es berbagai kecurangan dalam pelaksanaan Ujian Nasional (UN). Sebab, selama ini, FSGI menyatakan, banyak praktik kecurangan yang terjadi selama ini.

Presidium FSGI Retno Listyarti mengatakan, sejauh ini pemerintah hanya berkonsentrasi mengatasi kecurangan secara pendekatan keamanan melalui bantuan kepolisian dan menyusun 5 tipe soal serta pengetatan distribusi soal UN. Tapi kenyataaanya, dia mengatakan praktik kecurangan kian kreatif.

Karena, dia mendesak pemerintah menghapus UN karena dianggap menjadi momok yang menakutkan. "Mereka (peserta didik) harus les privat, ikut bimbingan dan dihantui bakal tidak lulus," katanya dalam deklarasi Koalisi Masyarakat Pendukung Kejujuran, Kamis (16/6).

Disamping itu, Ratna mencatat sekolah-sekolah pun berlomba menyelenggarakan pendalam materi khusus mata pelajaran UN. "Itu belum cukup sekolah pun berlomba menyelenggarakan istogosah atau doa bersama," lanjutnya.

Praktik menyontek massal terungkap setelah Siami melaporkan seorang guru SDN 2 Gadel karena memaksa anaknya memberikan jawaban soal ujian kepada teman-teman lainnya. Bukannya menuai pujian atas tindakan itu, Siami dan keluarganya justru diusir oleh warga yang tidak senang atas tindakan tersebut. Warga tersebut menuding Siami telah mencemarkan nama baik kampung dan sekolah tersebut.

Ratna menganggap, praktik culas dan pengusiran Siami itu merupakan tragedi dalam dunia pendidikan nasional. "Perlu keberanian semua pihak, baik orang tua maupun guru untuk mengungkapkan berbagai praktik kecurangan dalam UN," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×