Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Budaya toleransi keberagaman dalam lingkungan kerja terus digalakkan PT Freeport Indonesia. Salah satunya dengan cara mengedukasi keberagaman dan toleransi kepada para pemuda dan pemudi asal Papua lewat kegiatan pendidikan karakter berbasis ekspedisi alam bebas selama lima hari sejak 24-28 Oktober di OBI Eco Campus, Jatiluhur, Purwakarta.
Kegiatan tersebut merupakan rangkaian acara peringatan hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada 28 Oktober 2018 lalu. Dalam even itu, ada 14 orang pemuda dan pemudi asal Papua yang mengikuti Program Ekspedisi Bhinneka Bagi Bangsa 2018. Para pemuda ini merupakan siswa dari Yayasan Pendidikan Jayawijaya, Mimika yang didirikan oleh PT Freeport Indonesia.
Dalam kegiatan tersebut, para peserta mengikuti kegiatan ekspedisi alam yang meliputi pendakian gunung, pengibaran bendera, pembacaan ikrar Sumpah Pemuda, hingga bergotong royong membangun rakit.
Di pengujung kegiatan, pada pekan lalu, ke-14 peserta turut berpartisipasi dalam acara mini talk show bertema “Merayakan Hari Sumpah Pemuda dan Wisuda Peserta Ekspedisi Bhinneka Bagi Bangsa sebagai Duta Perdamaian” yang digelar di OBI Eco Campus Jatiluhur.
Omih Gobay, Kepala Hubungan Masyarakat dan Pemerintah Yayasan Pendidikan Jayawijaya, mengatakan, ada 14 anak dari Papua yang terdiri dari siswa-siswi sekolah menengah pertama (SMP) dari seluruh jenjang kelas. Dalam kegiatan ini, diajarkan untuk terbiasa berinteraksi dengan peserta lainnya yang memiliki latar belakang beragam.
Harapannya, mereka bisa terbiasa berada dalam lingkungan yang majemuk. "Sebab, mereka tinggal dan bersekolah di lingkungan area kerja Freeport Indonesia di Papua, dimana nilai-nilai “respek” untuk saling menghargai dan menghormati ditanamkan di lingkungan ini,” ujar Omih dalam keterangan resminya, Kamis (22/11).
Corinus Suruan, salah satu pembicara dari Freeport Indonesia mengatakan, dukungan Freeport terhadap kegiatan seperti Ekspedisi Bhinneka ini merupakan bukti nyata dukungan perusahaan terhadap penerapan nilai-nilai yang selaras dengan Pancasila. "Kami berasal dari lingkungan kerja yang menghargai arti keberagaman. Kebhinekaan merekatkan kami dalam berkarya. Hari Sumpah Pemuda menjadi salah satu momentum yang pas untuk memperingatinya sambil mendalami semangat Bhinneka Tunggal Ika,” ungkap Corinus.
Pria asli Papua itu menambahkan, keberagaman dalam lingkungan kerja Freeport Indonesia sangat terasa, dalam konteks positif. Itu sebabnya, demi memahami keberagaman dengan baik, tiap karyawan mendapatkan pembekalan mengenai keberagaman budaya melalui program “cultural orientation“.
Di Freeport, ribuan karyawan yang bekerja berasal dari seluruh Indonesia, dari Aceh sampai Papua. Bahkan, sekitar 2% dari total karyawannya datang dari manca negara. Tentunya kami menemukan berbagai perbedaan, seperti perbedaan ras, suku, agama dan berbagai perbedaan lainnya. "Namun perbedaan yang ada membuat kami semakin semangat dan kuat untuk bersatu, karena kami bekerja dalam tim,” imbuh Corinus.
Wendy Kusumawidagdo selaku penggagas “Ekspedisi Bhinneka bagi Bangsa” menyebutkan, kegiatan ini diharapkan akan mempererat rasa persaudaraan para peserta.
“Kami mengumpulkan anak-anak dari Aceh sampai Papua, totalnya 13 provinsi, dan terdiri dari suku, agama, umur, dan ras berbeda. Para peserta mengikuti berbagai macam aktivitas alam seperti mendaki gunung dan berbagai kegiatan lainnya untuk melatih kerjasama, toleransi serta rasa saling pengertian," papar Wendy.
Salah seorang peserta kegiatan asal SMP Yayasan Pendidikan Jayawijaya, Pamella menyebutkan bahwa program ini membuatnya dapat lebih mengenal dunia luar dan memiliki wawasan yang lebih luas. “Aku jadi lebih banyak mengenali sesama, aku jadi tidak membeda-bedakan teman berdasarkan budaya, suku ataupun warna kulit," katanya.
Menurut Pamella, dengan adanya program Ekspedisi Bhinneka Bagi Bangsa 2018, dirinya merasa lebih menghargai perbedaan. "Menurutku keberagaman sangat penting untuk diperjuangkan. Karena tanpa adanya keberagaman kita tidak dapat bersatu. Kita harus menjadikan perbedaan sebagai kekuatan untuk menghadapi tantangan di kemudian hari. Perbedaan menjadikan kita satu,” kata Pamella.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News