Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Amal Ihsan
JAKARTA. Freeport belum akan memulai kegiatan operasional tambang Big Gossan di Papua, sebelum selesainya pembenahan fasilitas tambang setelah runtuhnya salah satu terowongan pada Selasa (14/5) pekan lalu. Menurutnya setelah semuanya dijamin aman, maka proses produksi baru akan dimulai kembali.
"Prioritas kami saat ini adalah menerahkan tim lapangan untuk khusus melakukan inspeksi keselamatan kerja menyeluruh pada semua fasilitas tambang bawah tanah sesuai dengan arahan inspektur tambang dari Direktorat Jenderal Minerba," kata Rozik saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (22/5).
Rozik menguraikan setelah dinyatakan selesainya proses evakuasi kini pihaknya memfokuskan untuk mengecek kembali seluruh fasilitas tambang bawah tanah. Ia ingin memastikan lokasi terowongan bawah tanah yang dimilikinya benar-benar aman untuk operasi perusahaan kedepannya.
"Kami garis bawahi kami belum memikirkan untuk memulai kembali kegiatan operasional kami," tegasnya.
Sebelumnya dalam pertemuan yang dilakukannya di Kementerian ESDM siang ini, Rozik juga telah mengungkapkan hingga hari ini (22/5) perusahaannya sudah kehilangan kesempatan memproduksi hingga 1,98 juta ton bijih akibat terhentinya proses produksi. Menurutnya setiap harinya dalam situasi normal tambang Bog Gossan bisa menghasilkan 220.000 ton bijih besi.
Seperti diketahui, dari total produksi, Freeport memproduksi 140.000 ton bijih per hari dari pertambangan terbuka di Grasberg, sedangkan 80.000 ton bijih per hari dari tambang bawah tanah di Deep Ore Zone (DOZ). Sementara, areal tambang Big Gossan masih dalam tahap eksplorasi yang mulai dikembangkan sejak 1998 silam. (Putri Werdiningsih)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News