kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Fokus tingkatkan akses sanitasi dan air minum layak, ini target Bappenas


Senin, 02 Desember 2019 / 17:27 WIB
Fokus tingkatkan akses sanitasi dan air minum layak, ini target Bappenas
ILUSTRASI. Menteri PPN/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024, pemerintah menargetkan adanya peningkatan akses sanitasi dan air minum yang layak dan berkelanjutan.

Dalam RPJMN tersebut, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/ Bappenas) menargetkan, di 2024 terdapat 100% rumah tangga yang sudah memiliki akses air minum layak dan 90% rumah tangga dengan sanitasi yang layak dan aman.

Baca Juga: Aspek entertainment dan sport jadi daya tarik Indonesia Night Run

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Suharso Monoarfa menerangkan, dari 90% akses sanitasi tersebut, sudah mencakup 20% aman dengan praktik buang air besar sembarangan (BABS) di tempat terbuka mencapai 0%.

Sementara, akses air minum layak ditargetkan mencapai 100% sudah mencakup 30% akses perpipaan dan 15% akses air minum aman. "(Target 30% perpipaan dicapai) melalui pembangunan 10 juta sambungan rumah tangga, termasuk di dalamnya akses air minum aman sebesar 15%," ujar Suharso, Senin (2/12).

Suharso membeberkan, di antara negara G20, Indonesia berada pada posisi terendah untuk penyediaan akses air minum dan posisi kedua terendah untuk penyediaan akses sanitasi.

Baca Juga: Rachmat Kaimuddin akan perkuat strategi bisnis Bank Bukopin di era industri 4.0

Pasalnya, hingga 2018, akses sanitasi yang layak di Indonesia baru mencapai 74,58% termasuk akses sanitasi aman 7,42% dan dengan tingkat praktik BABS di tempat terbuka mencapai 9,36%.

Sementara, akses air minum layak hingga 2018 baru mencapai 87,75% dengan akses perpipaan baru mencapai 20,14%. Menurut Suharso, selain akses melalui perpipaan ada juga yang dilakukan dengan akses air minum melalui swadaya. Namun, dia mengatakan, akses air minum secara swadaya tidak didorong oleh pemerintah.

"Ini karena sulit dipastikan kualitas dan kontinuitasnya, selain itu dampaknya pada semakin lingkungan adalah semakin berkurangnya cadangan air tanah dan turunnya permukaan tanah sangatlah besar," terang Suharso.

Baca Juga: Rahasia Dewi Hughes sukses menurunkan berat badan hingga 90 Kg

Lebih lanjut, Suharso juga memaparkan, beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencapai peningkatan akses sanitasi dan air minum yang layak. Pertama, pengembangan baru dan pengembangan layanan sistem pengelolaan air limbah domestik baik terpusat maupun setempat.

Kedua, pemanfaatan kapasitas layanan terpasang serta pembangunan 10 juta sambungan rumah tangga untuk minum perpipaan. Tiga, peningkatan kapasitas institusi penyediaan layanan setempat seperti penyehatan PDAM dan PDPAL.

Keempat, penyusunan regulasi dan kerangka kebijakan terkait sanitasi dan air minum. Lima, peningkatan permintaan akan layanan sanitasi dan air minum melalui perubahan perilaku hidup bersih dan sehat. 

Baca Juga: Wings Air kembali re-operate penerbangan dari Manado ke lima tempat

Keenam, pengembangan lebih lanjut pendanaan kreatif melalui KPBU, hibah berbasis kinerja, penjaminan pinjaman PDAM, dan subsidi bunga serta mikro kredit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×