kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

FKSSK mewaspadai dampak pelambatan ekonomi China


Selasa, 08 April 2014 / 10:55 WIB
FKSSK mewaspadai dampak pelambatan ekonomi China
ILUSTRASI. Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada Selasa (15/1) dibuka menguat ke level 7.034


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) menyatakan akan terus mewaspadai kondisi perlambatan pertumbuhan ekonomi di China dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, terutama ekspor komoditas.

Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, perlambatan pertumbuhan ekonomi China, telah dibahas saat pertemuan anggota ASEAN di Myanmar. "Hasil rapat (FKSSK) terkait dengan laporan dari pertemuan ASEAN kemarin di Myanmar. Intinya, kondisi ekonomi cukup bagus dan stabil, hanya kami terus mewaspadai pelemahan pertumbuhan ekonomi di China serta down set risk global," ujar Bambang di Gedung Kemenkeu, Jakarta, Senin (7/4) malam.

Bambang menjelaskan, perlambatan pertumbuhan ekonomi di China baik dalam pantauan yang dilakukan saat pertemuan ASEAN di Myanmar maupun dalam rapat FKSSK, sejauh ini masih dianggap tak seburuk yang diperkirakan.

Menurut Bambang, Indonesia perlu memanfaatkan momentum lain, seperti pemulihan pertumbuhan ekonomi di Amerika, Eropa maupun di Jepang sebagai kompensasi yang terjadi di China. Bambang bilang, kondisi yang terjadi di China belakangan ini merupakan by design yang artinya disengaja guna menjaga pertumbuhan ekonomiannya sendiri.

"Pelemahan pertumbuhan China adalah by design, untuk menjaga ekonominya sendiri, mereka takut kalau inflasinya terlalu tinggi," jelas Bambang.

Lebih lanjut Bambang menambahkan, perlambatan pertumbuhan ekonomi di China sedikit banyak mengancam nilai ekspor Indonesia. Hal ini dikarenakan, negara tersebut memilih untuk berubah dari investasi menjadi konsumsi domestik seperti Indonesia.

Karena itu, dalam konsumsi domestik dipastikan China akan tetap membutuhkan impor. "Jadi China bilang meskipun ada penurunan impor sedikit, tapi tetap impor China dari negara lain akan tinggi. Mereka (China) juga bilang, seharusnya hal itu tidak menggangu perdagangan China kepada negara lain termasuk Indonesia," ujar Bambang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×