kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Faisal Basri sebut pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih lambat dari negara-negara lain


Jumat, 06 Agustus 2021 / 16:57 WIB
Faisal Basri sebut pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih lambat dari negara-negara lain


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 7,07% year on year (yoy) pada kuartal II 2021.  Meski jauh lebih baik dari pertumbuhan kuartal II 2020 yang pada saat itu minus 5,32% yoy, pun lebih baik dari kuartal I 2021 yang minus 0,71% yoy, tetapi pemulihan ekonomi Indonesia dinilai masih lambat. 

Menurut hitungan ekonom INDEF, Faisal Basri, kecepatan pemulihan Indonesia pada kuartal II 2021 hanya sekitar 14%, lebih lambat dari negara-negara selevel. 

Hitungan kecepatan pemulihan ini didapatnya dari mengurangkan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 dengan perekonomian kuartal II 2020, di mana waktu itu seluruh negara mengalami kemerosotan ekonomi. 

“Ini kalau ibarat olimpiade, kita tidak dapat medali. Bandingkan dengan Singapura kecepatannya sekitar 27% dan dari negara-negara yang sudah mengumumkan pertumbuhan ekonomi, Indonesia ini masih lambat,” kata Faisal, Jumat (6/8). 

Baca Juga: Perekonomian di Jawa meroket, Faisal Basri: Bisa jeblok lagi pada kuartal III

Faisal mewanti-wanti terkait pertumbuhan ekonomi kuartal III 2021. Menurutnya, bisa saja pertumbuhan ekonomi kuartal III 2021 ini akan kembali buruk, melihat sejumlah indikator pada bulan Juli 2021 dan Agustus 2021. 

Belum lagi, adanya pandemi Covid-19 yang meningkat pesat sehingga pemerintah menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang belum selesai hingga awal Agustus 2021. 

Untuk itu, ia berpesan pada pemerintah untuk lebih serius dalam menghadapi pandemi dan belajar dari kesalahan-kesalahan yang sudah diperbuat bahkan dari tahun 2020 alias dari awal adanya pandemi. Apalagi, pemerintah harus merogoh kocek dalam untuk penanganan pandemi. 

“Ini kan ongkosnya mahal. Jangan terapkan cara yang berulang-ulang sama. Kalau kata Einstein, itu kedunguan. Makanya, hindari kedunguan, kita himpun kekuatan rakyat yang luar biasa dan mau merubah mindest. Oleh karena itu, kita bisa menghasilkan sesuatu yang signifikan bagi masyarakat,” tandasnya. 

Selanjutnya: Kisah pahlawan dan perumusan kebijakan keuangan saat pandemi dalam sebuah buku

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×