Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Noverius Laoli
"Kita tidak punya kemampuan membackup ekonomi kita agar tidak turun terlalu tajam. Kita tidak punya kemewahan seperti Amerika yang menggelontorkan dana untuk meningkatkan likuiditas. Jadi, jangan dilihat defisit APBN pemerintah yang naik 5,07% sebagai stimulus," paparnya.
Menurutnya, naiknya angka defisit ke level 5,07% ini lebih disebabkan karena anjloknya penerimaan negara. Di mana, peningkatan belanja hanya sebesar Rp 73,4 triliun dan penerimaan negara anjlok sampai Rp 472 triliun.
Baca Juga: Faisal Basri: Gelombang mudik tak terbendung, daerah bisa tunggang langgang
"Praktis tidak ada stimulus sebenarnya kalau dilihat dari magnitude tambahan dari APBN itu," kata Faisal.
Untuk itu, proyeksi International Monetary Fund (IMF) yang memprediksi ekonomi Indonesia akan rebound pada tahun 2021 tidak akan terjadi. Pasalnya, diperkirakan dampak yang disebabkan oleh virus ini akan lebih buruk dari yang diprediksikan IMF.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News