Reporter: Pratama Guitarra, Putri Kartika Sinaga | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengakui, bahwa penundaan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi seperti Pertamax, Pertamax Dex, Pertamax Plus sesuai arahan pemerintah.
Menteri ESDM Sudirman Said menjelaskan penyebab ditundanya kenaikan BBM non subsidi disebabkan adanya kerancuan informasi yang sampai ke masyarakat. Keputusan diambil karena pemerintah tidak ingin menimbulkan gejolak di masyarakat. "Kenapa ditunda? Sesuai arahan pemerintah," terangnya saat konferensi pers, di Kantor Kementerian ESDM, Jumat (15/5).
Sudirman bilang, pengumuman antara BBM bersubsidi yakni minyak tanah, solar dan premium di luar Jawa, Madura, dan Bali harus dipisahkan. PT Pertamina (Persero) hanya mengumumkan BBM non subsidi. ’’Kemarin, tercampur jadi membingungkan,’’ ujarnya.
Informasi tidak jelas itu terkait harga solar atau biosolar yang disebutkan naik menjadi Rp 9.200. Banyak yang salah mengartikan itu penyesuaian untuk harga solar bersubsidi. Padahal, solar bersubsidi tetap dijual Rp 6.900 dan tidak ada perubahan sama sekali.
Seharusnya, yang akan dinaikkan harganya per 15 Maret adalah BBM jenis Pertamax, Pertamax Plus, Pertamina Dex, dan solar non subsidi. Kebocoran surat edaran yang ditujukan pada pengusaha SPBU membuat informasi tidak terkirim dengan tepat.
Selain itu, pemerintah juga tidak ingin ada disparitas harga yang terlalu lebar antara Premium dan Pertamax. Kalau kenaikan jadi dilakukan, selisih kedua produk itu mencapai Rp 2.200. Kondisi itu membuat pengguna pertamax akan lari ke premium.
’’Kami sudah minta Pertamina untuk hitung besaran disparitas harga selisih harga keekonomian dan harga subsidi,’’ jelasnya. Pertamina sendiri memang sedang mengalihkan pengguna premium ke pertamax. Dengan menjaga disparitas harga tidak lebih dari Rp 1000, konsumsi bahan bakar beroktan 92 itu naik signifikan.
Kalau sebelumnya penggunaan per hari hanya 2.000 Kilo Liter (KL), belakangan meningkat sampai 6.000 - 7.000 KL per hari. Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang sebelumnya mengatakan, Pertamina bisa makin rugi kalau pengguna pertamax balik ke Premium
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News