Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan, adanya potensi perilaku koruptif dibalik utang jumbo yang dimiliki oleh PT Perkebunan Nusantara (Persero) alias PTPN. Asal tahu saja, perusahaan pelat merah itu memiliki total utang mencapai Rp 43 triliun.
Dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR RI, Erick mengungkapkan, utang yang menggunung di BUMN kebanyakan adalah utang lama. Erick pun meminta dukungan parlemen untuk memastikan restrukturisasi utang yang dijalankan oleh sejumlah perusahaan plat merah tidak sekadar untuk menunda persoalan semata.
Erick mencontohkan, utang di PTPN yang mencapai Rp 43 triliun sebagai penyakit lama, yang perlu diselesaikan dalam beberapa tahap. Dia pun mencium ada korupsi terselubung di balik utang jumbo tersebut.
"Ini merupakan penyakit lama, yang kami sudah tahu, dan ini suatu korupsi terselubung yang memang harus dibuka dan harus dituntut yang melakukan ini," kata Erick dalam rapat kerja yang digelar Rabu (22/9).
Dia menekankan, penyehatan BUMN tak hanya berhenti di restrukturisasi. Di PTPN misalnya, setelah melakukan restrukturisasi, maka harus dilakukan efisiensi secara besar-besaran terhadap operasionalnya.
Baca Juga: PTPN XII operasikan pabrik Nusakita untuk dukung swasembada gula
Kemudian, perlu adanya aksi korporasi, supaya ketika utang diperpanjang tetap ada cash yang dibayarkan ke bank-bank yang memberikan pinjaman.
Artinya, selain restrukturisasi dan efisiensi, harus ada pembenahan operasional agar produksi bisa optimal sebagai sumber pendapatan perusahaan.
"Di sinilah kita berinisiatif. Selain efisiensi, peningkatan daripada produksinya. Kita memang salah satu yang diuntungkan dengan harga kelapa sawit yang sedang naik," sambung Erick.
Dia menyebut, saat ini ada kenaikan produksi di PTPN, dari yang selama ini dinilai belum maksimal. Jika dibandingkan dengan produktivitas dari kelapa sawit perusahaan swasta, apa yang dihasilkan PTPN sekarang tidak terlalu jauh berbeda.
"Nah, di situlah terjadi peningkatan revenue sebanyak 37%. Jadi fokus daripada produk yang ada di PTPN menjadi kunci," tegas Erick.
Selain komoditas kelapa sawit, saat ini BUMN juga sedang fokus untuk membenahi komoditas gula, yakni dengan membentuk SugarCo. Erick bilang, pembahasan terus dilakukan bersama dengan kementerian dan lembaga terkait.
"Keputusan rapat jelas, kita harus mayoritas, kita harus memproteksi bagaimana ekuilibrium persaingan gula-gula di Indonesia yang selama ini kita masih impor," ujar dia.
Baca Juga: Dapat suntikan dana Rp 20 triliun, IFG segera tuntaskan restrukturisasi Jiwasraya
Adapun mengenai kinerja PTPN, merujuk pada pemberitaan Kontan.co.id, hingga semester I-2021 Holding Perkebunan Nusantara PTPN III menunjukkan perbaikan kinerja. Direktur Utama PTPN III Mohammad Abdul Ghani menjelaskan, kinerja perusahaan yang membaik terlihat dengan kenaikan laba, penyelesaian restrukturisasi utang senilai Rp 41 triliun, dan berhasil diluncurkannya brand ritel premium, "Nusakita".
Dari sisi perbaikan kinerja keuangan ditandai dengan kenaikan laba bersih sebesar 227,81% menjadi Rp 1,45 triliun, setelah dua tahun berturut-turut mengalami kerugian. Selain laba, pendapatan PTPN mencapai Rp 21,26 triliun atau tumbuh 36,37% (yoy) dibanding periode yang sama tahun lalu.
Kinerja keuangan didukung oleh beberapa aspek antara lain restrukturisasi, peningkatan produksi dan produktivitas, serta peningkatan nilai tambah produk melalui hilirisasi.
Selanjutnya: IDX BUMN20 turun 14,60% ytd, saham-saham ini masih menarik untuk dilirik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News