kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.191.000   16.000   0,74%
  • USD/IDR 16.742   -34,00   -0,20%
  • IDX 8.099   58,67   0,73%
  • KOMPAS100 1.123   8,34   0,75%
  • LQ45 803   6,91   0,87%
  • ISSI 282   2,37   0,85%
  • IDX30 422   3,62   0,87%
  • IDXHIDIV20 480   0,21   0,04%
  • IDX80 123   1,39   1,14%
  • IDXV30 134   0,51   0,38%
  • IDXQ30 133   0,20   0,15%

Era Digital, Saatnya Menelusuri Jejak Budha di Nusantara Melalui Website


Minggu, 28 September 2025 / 19:29 WIB
Era Digital, Saatnya Menelusuri Jejak Budha di Nusantara Melalui Website
ILUSTRASI. Sejumlah biksu peserta ritual Thudong melakukan Pradaksina berjalan mengelilingi candi setibanya candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (10/5/2025). Sebanyak 36 biksu telah menyelesaikan ritual Thudong selama tiga bulan menempuh jarak sejauh 2.600 kilometer dan melewati empat negara (Thailand, Singapura, Malaysia dan Indonesia) menuju candi Borobudur untuk merayakan hari raya Tri Suci Waisak 2025/2569 Buddhis Era (BE). ANTARA FOTO/Anis Efizudin/bar


Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Jejak Budha di Nusantara bukan hanya dari megahnya Borobudur atau Candi Muara Takus. Terlihat juga dari jaringan maritim yang menjadikan kepulauan ini persimpangan ide dan ajaran lintas bangsa.

Dari abad ke-7 hingga ke-14, Nusantara menjadi ruang pertemuan pedagang, biksu dan cendekiawan, sehingga ajaran Budha tidak sekadar warisan arsitektur, melainkan tradisi sastra, seni, hingga tata pemerintahan.

Sayang, warisan besar itu kerap hanya dianggap sebatas objek wisata. Padahal menyimpan pesan keterbukaan dan toleransi yang amat relevan bagi Indonesia masa kini.

Maka, Majelis Nichiren Shoshu Buddha Dharma Indonesia (MNSBDI) meluncurkan program awal (pilot program) website Jejak Budha Nusantara. Website ini gagasan bersama oleh MNSBDI, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Budha Kementerian Agama serta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Baca Juga: Peringati Bulan Pancasila, PBN Bawa Tari Beskalan Putri Malangan di Candi Buddha

Dalam perkembangannya, website ini akan memuat informasi mengenai candi-candi di seluruh Indonesia,. Baik dari sisi sejarah, arkeologi hingga informasi terkait pariwisata dan ekonomi kreatif.

Ketua Umum MNSBDI, Pandita Utama Herwindra Aiko Senosoenoto menjelaskan, spiritualitas yang hidup bukan hanya  mendoakan, tetapi juga yang bertindak—melestarikan, membangun, dan menginspirasi.

"Kami berinisiatif membangun sebuah website mengenai candi-candi yang ada di Indonesia. Candi-candi ini bukan hanya milik agama tertentu saja, tapi juga milik seluruh masyarakat Indonesia, dapat digunakan dan dilestarikan bersama,” ujar Aiko, Jumat (26/9). 

MNSBDI juga menggelar doa bersama untuk kerukunan bangsa pada Jumat (26/9).  “Kerukunan umat beragama sesungguhnya bukan sebatas cita-cita, tetapi sebuah keharusan dalam menjaga keutuhan bangsa ini,” ujar Menteri Agama, Nasaruddin Umar.
 

Selanjutnya: Saham Bank Milik Danantara Makin Tertekan Kebijakan Negara

Menarik Dibaca: Nasi Bebek Ibu Chotijeh, Antrean Panjang di Pasar Baru Sejak 2016

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×