kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Epidemiolog Minta Jangan Remehkan Penularan Subvarian Omicron


Kamis, 16 Juni 2022 / 20:33 WIB
Epidemiolog Minta Jangan Remehkan Penularan Subvarian Omicron
ILUSTRASI. Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, potensi penularan subvarian omicron tak dapat dianggap enteng.


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kasus harian Covid-19 di Indonesia kembali ke angka 1.000. Hal ini menandakan bahwa Indonesia masih berada di kondisi pandemi meski terkendali, maka kehati-hatian tetap diutamakan terlebih adanya subvarian omicron BA.4 dan BA.5.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menuturkan, dua varian ini diprediksi akan mencapai puncaknya hingga 20.000 kasus. Puncak ini lebih rendah atau sepertiga dari varian delta dan omicron sebelumnya.

Ahli Kesehatan Lingkungan dan Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, potensi penularan subvarian omicron tersebut tak dapat dianggap enteng.

Meski secara tingkat fatality rate dan hospitalisasi diperkirakan tak setinggi saat delta atau omicron awal. Lantaran masyarakat kini telah memiliki modal imunitas dengan vaksinasi.

Baca Juga: UPDATE Covid-19 Indonesia, 16 Juni 2022: Tambah 1.173 Kasus Baru, Meninggal 3

Dicky menyebut, angka infeksi berpotensi lebih tinggi dari varian sebelumnya, hanya saja tingkat testing dan tracing di Indonesia masih rendah. Ditambah dengan masyarakat yang tidak semuanya mau dilakukan testing dan tracing.

Oleh sebab itu, kasus yang akan terdeteksi adalah kasus-kasus di puncak gunung es, atau kasus-kasus yang bergejala.

"Itu yang artinya bukan berarti lebih sedikit bukan berarti virusnya lebih lemah, secara data tidak lebih lemah, dia virolensinya jauh lebih dari Delta hanya model imunitas yang saat ini ada di masyarakat jauh lebih besar," kata Dicky kepada Kontan.co.id, Kamis (16/6).

Namun, pemerintah perlu memperhatikan kelompok rawan dengan komorbid, lansia atau mereka yang belum dapatkan vaksinasi lengkap maupun booster. Orang-orang yang memiliki mobilitas tinggi, perlu tetap menetapkan protokol kesehatan misalnya, masker.

"Data menunjukkan bahwa BA.5 khususnya ini perlu sangat diwaspadai, karena kemampuan dia dalam hal menginfeksi atau yang disebut dengan fuso genetika dan potensi keparahannya itu setidaknya sama dengan Delta atau lebih buruk. Ketika dia berhadapan dengan orang yang tidak memiliki imunitas sama sekali, atau menurun imunitasnya atau lemah ini yang harus diwaspadai," kata Dicky.

Kewaspadaan subvarian ini juga diperlukan. Dicky menjelaskan, kedua subvarian omicron ini memiliki peningkatan kemampuan dalam merusak Fc reseptor, monosit dan juga sel T yang merupakan sel pertahanan. Demikian juga berdampak keefektifan obat antivirus yang saat ini digunakan untuk penanganan pasien Covid-19.

Dicky kembali menegaskan respons adanya varian atau subvarian baru juga harus dilakukan dengan peningkatan protokol kesehatan seperti masker dan pengaturan mobilitas, vaksinasi serta pengembangan obat-obatan.

Baca Juga: Soal Perlunya Vaksinasi Dosis Keempat, Ini Kata Satgas Covid-19

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×