Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah dan masyarakat harus bekerjasama dalam menangani pandemi Covid-19 di Indonesia. Pasalnya tahun 2021 ini dapat menjadi tahun yang sulit dalam penyelesaian pandemi Covid-19. Hal itu diungkapkan oleh Ahli Epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman.
Dicky berharap selain konsisten mengupayakan testing, tracing, treatment (3T), serta isolasi, dan karantina, pemerintah bisa menjadi contoh untuk masyarakat dan menerapkan strategi komunikasi resiko yang tepat.
"Pemerintah harus berkomitmen tinggi melakukan penguatan di respon 3T, isolasi dan karantina. Disertai dengan strategi komunikasi resiko yang efektif, leadership yang kuat, role model empati yang kuat dari setiap tokoh masyarakat, hingga pejabat publik di daerah maupun sampai ke pusat," jelas Dicky pada Kompas.com, Minggu (23/5/2021).
Selain itu, Dicky juga berharap agar masyarakat tidak lelah menerapkan protokol kesehatan dalam aktivitas sehari-hari. Dicky melanjutkan, meski masyarakat sudah lelah dan jengah namun hal itu harus terus dilakukan karena virus corona masih terus melakukan penularan. Terima kasih telah membaca Kompas.com.
Baca Juga: Terlanjur melakukan mudik? Lakukan ini untuk menekan risiko penularan virus corona
"Dari sisi masyarakat tentu harus terus menerapkan 5M-nya, jadi meskipun kita lelah, meski kita sudah bosan Covid-19, tapi virus ini tidak lelah. Apa yang terjadi di India mesti jadi pembelajaran kita tidak boleh meremehkan pandemi ini," ungkap dia.
Dicky juga menjelaskan bahwa ada potensi kasus penyebaran covid-19 dapat meledak di Indonesia. Hal itu disebabkan oleh dua hal yaitu pertama tingkat positivity rate rata-rata berada di atas 10 persen selama 1,5 tahun pandemi Covid-19 berlangsung.
Baca Juga: Data Corona Indonesia, Jumat (21/5): Tambah 5.746 kasus, total ada 1.764.644 kasus
Kedua, kondisi penyebaran virus corona di Indonesia yang berada di tahap community transmision sesuai dengan status yang ditetapkan WHO sejak April 2020.
"Itu level yang menunjukan bahwa negara kita ini tidak bisa mendeteksi sebagian besar kasus infeksi dan tidak bisa menemukan sebagian besar klaster dan menyelesaikan itu. Hal itu akan menjadi bom waktu yang siap meledak," terangnya.
Diberitakan saat ini kondisi kesehatan di India semakin mengkhawatirkan menyusul merebaknya wabah "jamur hitam" yang turut menyerang masyarakat.
Setidaknya 60 persen masyarakat yang dirawat akibat mutasi virus Covid-19 di negara itu satu matanya mesti diangkat untuk karena imbas dari terinfeksi wabah jamur hitam.
Kondisi itu disebabkan oleh jamur yang dikenal sebagai mucormycosis yang menyerang manusia dengan sistem kekebalan yang lemah. Saat jamur itu terhirup, mereka dapat menyerang paru-paru dan sinus sebelum menyebar ke wajah dan otak.
Baca Juga: Mengatur pola belanja di masa pandemi Covid-19
Padahal saat ini India juga menjadi negara dengan jumlah sebaran kasus dan kematian akibat Covid-19 tertinggi kedua di dunia. Setiap hari India melaporkan terjadi 250.000 infeksi penyebaran kasus dengan angka kematian mencapai 4.000 orang.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Waspada Ledakan Kasus Penularan Covid-19, Epidemiolog: Meski Kita Bosan, Virus Ini Tidak"
Penulis : Tatang Guritno
Editor : Diamanty Meiliana
Selanjutnya: Tetap taati protokol kesehatan untuk menangkal pandemi Covid-19
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News