kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Enam negara ini sudah resesi, begini dampaknya ke investasi di Indonesia


Selasa, 11 Agustus 2020 / 16:01 WIB
Enam negara ini sudah resesi, begini dampaknya ke investasi di Indonesia
ILUSTRASI. Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Hubungan Internasional Shinta W. Kamdani.


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tahun 2020, beberapa negara sudah mengalami resesi ekonomi, di antaranya China, Singapura, Hong Kong, Korea Selatan, Jerman, dan Amerika Serikat (AS). Enam negara tersebut masuk daftar 10 besar negera asal investor yang tercatat oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) setidaknya sejak tahun lalu sampai dengan semester I-2020.

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, meski beberapa negara investor langganan Indonesia sudah terlebih dahulu mengalami resesi ekonomi, tidak langsung berdampak signifikan kepada realisasi investasi dalam negeri.

Menurutnya, pasti investor besar memiliki target ekspansi di tahun ini. Terbukti beberapa perusahaan asing mengabarkan hendak merelokasi usahanya ke Indonesia, bukan memilih benar-benar gulung tikar di negara asal.

Baca Juga: Sri Mulyani siap suntikan Rp 20,5 triliun ke lima BUMN ini

Maka itu, kata Shinta, Rancangan Undang-Undang (RUU) Omnibus Law Cipta Kerja perlu diselesaikan dalam waktu dekat untuk mempermulus langkah investor, apalagi pemerintah sudah menyiapkan berbagai insentif perpajakan.

“Namun, insentif perpajakan itu sebagai sweetener. Tidak ada yang bisa janji investasi yang masuk padat modal atau padat karya. Masalah investasi saat ini adalah soal ketenagakerjaan dan regulasi perizinan,” kata Shinta kepada Kontan, Minggu (9/8).

Shinta melihat, pemerintah dapat lebih fokus menarik investasi padat karya melalui sektor manufaktur. Industri kimia dan farmasi dinilai, saat ini mempunya outlook yang menjanjikan karena permintaan yang sedang naik.

Di sisi lain, Ekonom Institute for Development on Economic and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan, investasi di tahun ini sudah pasti kontraksi. Menurut Enny, dalam situasi pandemi, cash flow perusahaan sudah pasti menipis bahkan nyaris habis. Alhasil, simpanan uang yang dipunya lebih dipergunakan untuk kegiatan oprasional sehar-hari perusahaan.    

“Investor sudah pasti hold dulu untuk investasi. Sekalipun dipaksakan investasi risikonya tinggi. Artinya kalau Indonesia berharap bahwa kita dapat durian runtuh, ya tidak akan terjadi. Sudah dapat dipastikan Indonesia tunggu waktu resesi ekonomi saja. Karena baik konsumsi dan investasi bakal kontraksi di kurtal III-2020,” ujar Enny kepada Kontan, Minggu (9/8).

Baca Juga: Realisasi stimulus UMKM baru capai 26,3%, Sri Mulyani langsung evaluasi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×