Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Mesti Sinaga
JAKARTA. Sinyal buruk terus berpendar dari perekonomian global. Terbaru, People Banks of China (PBoC) atau Bank Sentral China memangkas suku bunga acuannya untuk bisa mendongkrak ekonomi. Pemangkasan ini merupakan tanda China yang belum bisa beranjak dari perlambatan ekonomi.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menjelaskan, dampak yang akan langsung kita rasakan ketika ekonomi China melambat adalah pada kinerja ekspor Indonesia. Ekspor kita akan terkena pukulan ganda, sebab bukan hanya permintaan dari China yang turun, pada saat yang sama harga komoditas ekspor kita ke negeri Tembok Besar tersebut juga melemah.
Bambang mengakui, pemangkasan suku bunga China, juga menjadi salah satu penyebab rupiah mengalami tekanan.
Meskipun begitu, tutur Bambang, ada potensi lain yang bisa diharapkan dari China, yaitu investasi. "Mereka (China) mengarahkan investasi ke luar dan itu peluang yang harus kita tangkap," ujarnya, Selasa (3/3).
China saat ini memfokuskan diri pada investasi di sektor infrastruktur. Indonesia bisa menangkap kesempatan tersebut untuk menggaet China masuk menanamkan modalnya.
Indonesia memang sedang menggenjot investasi dan infrastruktur untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 5,7% tahun ini.
China sempat mengalami pertumbuhan maksimal 10,41% pada tahun 2010. Di tahun yang sama, ekonomi Indonesia tumbuh 6,1%.
Namun setelah mengalami puncak di 2010, tahun 2011 ekonomi China turun ke 9,3%. Tahun 2012, pertumbuhan ekonomi China kembali turun menjadi 7,65%. Di tahun 2013 ekonomi China tumbuh sebesar 7,7%. Data terakhir menunjukkan, perekonomian China tumbuh 7,4% di tahun 2014.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News