kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ekspor CPO ke India & Pakistan perlu diperhatikan


Selasa, 16 Mei 2017 / 21:27 WIB
Ekspor CPO ke India & Pakistan perlu diperhatikan


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, India berada di posisi ketiga negara tujuan ekspor nonmigas Indonesia selama empat bulan pertama 2017, setelah China dan Amerika Serikat (AS). Masuknya India ke dalam kelompok tiga besar tersebut, menggeser posisi Jepang yang telah menempati urutan ketiga selama tiga tahun terakhir.

Nilai ekspor Januari-April 2017 ke India mencapai US$ 4,6 miliar, lebih tinggi dari ekspor ke Jepang yang sebesar US$ 4,43 miliar. Posisi India tersebut di bawah China yang sebesar US$ 6,26 miliar dan AS yang sebesar US$ 5,65 miliar.

Bergesernya negara tujuan ekspor nonmigas tersebut oleh peningkatan ekspor bijih, kerak, dan abu logam ke India untuk Januari-April 2017 sebesar 389,33% year on year (YoY). BPS juga mencatat CPO tumbuh 63,7% YoY, dan batubara 53,07% YoY.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Joko Supriyono mengatakan, India memang menjadi pasar ekspor CPO terbesar Indonesia. Tahun lalu, ekspor CPO ke India mencapai 5,7 juta ton; ke Eropa 4,3 juta ton; ke China 3,25 juta ton; ke Pakistan 2,1 juta ton; dan ke Bangladesh hampir 1 juta ton.

Pihaknya juga mencatat, ekspor CPO ke India kuartal pertama mencapai 1,7 juta ton, naik 41,67% year on year (YoY). Ekspor CPO ke Eropa dan China juga naik. Sementara ke Pakistan dan Bangladesh stabil.

Meski demikian, ekspor CPO ke India dan ke Pakistan perlu diperhatikan. Sebab, India selalu membanding-bandingkan impor sawit dengan minyak nabati lainnya. Saat ini, komposisi impor minyak nabati India terdiri dari 85% sawit dan 15% nonsawit. India memiliki rencana mengurangi minyak nabati dari sawit menjadi 70% dan 30% nonsawit.

"India menganalisa bahwa impor kedelai itu lebih kompetitif ke depannya. India mengancam menurunkan impor CPO dari Indonesia karena masalah competitiveness. Mereka meminta penurunan pajak ekspor," kata Joko kepada KONTAN, Selasa (16/5).

Sementara Pakistan menginginkan Indonesia memperbesar impor dari negaranya. Sebab selama ini ekspor Indonesia ke Pakistan lebih besar dari ekspor Pakistan ke Indonesia. "Mereka minta Indonesia terima impor jeruk Kino tidak hanya di April, tetapi juga di Desember," tambah dia.

Oleh karena itu menurut Joko, pemerintah harus bisa memperkuat hubungan perdagangan dengan India dan Pakistan. Apalagi nilai ekspor CPO lebih besar dan bersifat jangka panjang.

"Negara-negara yang surplus karena sawit Indonesia harusnya negara itu perlu diperkuat hubungan perdagangannya. Jadi seperti India dan Pakistan kita surplus, itu perlu diperkuat hubungan perdagangannya," tambah Joko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×