Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekosistem bisnis daur ulang sampah dinilai harus dipercepat. Dengan mendorong ekonomi sirkular, Indonesia berpotensi menciptakan 4,4 juta lapangan kerja baru dan menambah PDB Rp 569-Rp 638 triliun pada 2030.
Ekonomi sirkular punya masa depan yang sangat cerah di Indonesia. Sebagai negeri yang punya reputasi global sebagai penghasil sampah nomor dua di dunia, stigma negatif itu sebenarnya punya potensi besar untuk diubah jadi lebih positif dan menguntungkan. Dengan menggerakkan ekonomi sirkular yang menitikberatkan pada daur ulang sampah, maka sampah bukan lagi dilihat sebagai persoalan, tapi akan dipandang sebagai sumber daya ekonomi baru yang berkelanjutan.
“Bisnis sirkular dengan penekanan daur ulang sampah plastik dan non-plastik, juga bermanfaat besar pada lingkungan,” kata Kasub Dir Prasarana dan Jasa Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya (B3), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Edward Nixon Pakpahan dalam keterangannya, Rabu (28/9).
Nixon mengemukakan optimismenya pada Ekosistem Bisnis Sirkular dari pengolahan sampah saat Webinar rapat kerja nasional (Rakernas) Asosiasi Pengusaha Sampah Indonesia (APSI), di Pasuruan, Jawa Timur, Sabtu (24/9). Pada Rakernas tahun 2022 ini APSI mengusung tema: “Sampah adalah Sumber Daya Baru. UMKM Persampahan Maju, Indonesia Bersih.”
Baca Juga: Sukin Hadirkan Varian Produk Brightening dengan Kombinasi Superfood dari Australia
“Manfaat ekonomi sirkular dari bisnis pendaurulangan sampah berpotensi menghasilkan tambahan PDB sebesar Rp593-Rp638 Triliun dari lima sektor usaha pada 2030,” katanya.
Kemudian dari segi manfaat sosial, katanya lagi, pengelolaan sampah secara sirkular ini bisa menciptakan 4,4 juta lapangan kerja baru pada 2030. Selain itu, juga bisa menambah tabungan rumah tangga hampir 9%. Saat ini penerapan ekonomi sirkular di Indonesia sebutnya baru mencapai fase kedua atau fase pengembangan.
“Fase pertama adalah analisis potensi ekonomi lingkungan dan sosial, fase kedua pengembangan rencana aksi ekonomi sirkular nasional (RAN-ES), kemudian fase ketiga pembuatan platform ekonomi sirkular dan uji coba proyek, kemudian fase keempat penciptaan pengembangan kondisi pendukung, dan terakhir fase kelima adalah implementasi penuh ekonomi sirkular di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2024-2029 dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045,” katanya.
Saat ini, sampah yang dikelola bank sampah per tahun masih relatif kecil, artinya masih banyak peluang ekonomi yang bisa dimaksimalkan. Persentase jumlah nasabah di bank sampah didominasi nasabah dari kaum perempuan sebesar 64%, berbanding jauh dibanding laki-laki yang hanya 36 persen. Sementara untuk pertumbuhan jumlah nasabah di bank sampah ada kenaikan pada tahun 2020 yakni mencapai angka 419,204, tetapi kemudian turun pada tahun 2021 di angka 377,881 karena pengaruh Covid.
“Meski demikian, patut dicatat, gagasan UMKM untuk realisasi konkret ekonomi sirkular pengelolaan sampah, harus tetap dibarengi dengan idealisme, komitmen, dan konsistensi, barulah kemudian disusul bicara rupiah," kata Nixon mengingatkan.
Baca Juga: Inovasi Balai Kemenperin Cegah Pencemaran Air dan Udara Sektor Industri
Dalam sesi terpisah, Ketua Umum APSI Saut Marpaung mengatakan, masalah pengelolaan sampah memerlukan sinergitas dan kolaborasi semua pihak, baik dari pihak pemerintah, UMKM, pihak swasta dan koperasi.
"Saya berharap pada Rakernas APSI 2022 ini muncul kolaborasi. Contohnya UMKM di bidang sampah yang sehari-hari bergelut dengan sampah terus meningkatkan kolaborasi dengan berbagai sektor, " kata Saut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News