kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.846.000   69.000   3,88%
  • USD/IDR 16.804   66,00   0,39%
  • IDX 6.254   286,04   4,79%
  • KOMPAS100 892   48,19   5,71%
  • LQ45 707   37,74   5,64%
  • ISSI 193   7,28   3,92%
  • IDX30 373   19,75   5,60%
  • IDXHIDIV20 451   19,32   4,47%
  • IDX80 101   5,64   5,89%
  • IDXV30 106   4,60   4,54%
  • IDXQ30 123   5,40   4,59%

Ekor pesawat AirAsia sulit dibawa ke Pangkalan Bun


Sabtu, 10 Januari 2015 / 15:35 WIB
Ekor pesawat AirAsia sulit dibawa ke Pangkalan Bun
ILUSTRASI. Global warming memperbesar risiko kepunahan bagi beberapa negara di bawah ini lo!


Sumber: Kompas.com | Editor: Hendra Gunawan

PANGKALAN BUN. Tim penyelam gabungan TNI Angkatan Laut yang telah mengangkat ekor pesawat AirAsia QZ8501 ke permukaan laut kini terkendala untuk mengangkutnya ke sebuah kapal yang akan membawa ke Pelabuhan Kumai, Waringin Barat, Kalimantan Tengah.

Nantinya, di pelabuhan itu, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) akan memeriksa ekor pesawat tersebut. "Baru mau dipepetkan (ke kapal) saja lama sekali, baru 20 menit ketarik lagi. Nanti dibawa ke kapal Crest Onyx," kata Direktur Operasional Badan SAR Nasional (Basarnas) SB Supriyadi, Sabtu (10/1).

Supriyadi menambahkan, kondisi saat ini di laut mulai tidak stabil. Arus laut pun masih kencang, dan jarak pandang penyelam berkisar kurang lebih hanya satu meter. Jika lancar, kapal Crest Onyx akan segera merapat ke Pelabuhan Kumai dengan rentang waktu paling cepat  tujuh jam paling cepat, dan 10 jam paling lama.

"Kalau kecepatannya rendah, bisa 15 jam dengan kecepatan 5-6 knot," ujar Supriyadi. Black box sendiri, kata Supriyadi menurut informasi dari tim penyelam di sana, tidak lagi berada di dalam ekor pesawat.

Meski demikian, nanti akan diperiksa lebih lanjut saat ekor pesawat tiba di Pelabuhan Kumai. Menurut informasi yang dihimpun Kompas.com, tim KNKT akan tiba di Pangkalan Bun, untuk memeriksa ekor pesawat tersebut, sekitar jam 17.00 WIB. (Andri Donnal Putera)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×