kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonomi RI lambat tahun ini, esok lebih kencang


Rabu, 26 November 2014 / 10:16 WIB
Ekonomi RI lambat tahun ini, esok lebih kencang
ILUSTRASI. Manfaat daun sirih untuk kesehatan tubuh.


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Pemerintah memastikan ekonomi tahun ini tumbuh melambat dibandingkan tahun lalu. Namun, pemerintah berjanji akan menggenjot pertumbuhan ekonomi tahun depan agar  bisa kembali tumbuh tinggi seperti tahun-tahun sebelumnya.

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menegaskan, dengan pelambatan ekonomi yang sudah terjadi sepanjang tiga triwulan, mustahil untuk mencapai  target pertumbuhan sebesar 5,5% tahun ini. "Tahun ini, ekonomi melambat, tapi gantinya tahun depan akan tumbuh kencang mencapai target 5,8%," ujar Bambang, di Indonesia Economic Forum, Selasa (25/11).

Bambang enggan memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini. Namun, dengan melihat pertumbuhan ekonomi triwulan I hanya 5,21%, lalu melambat jadi 5,12% triwulan II, dan 5,01% triwulan III, ekonom dan Bank Indonesia memperkirakan ekonomi tahun ini akan tumbuh 5%-5,1%.

Namun, Bambang tak melihat perlambatan ini sebagai masalah. Soalnya, tahun ini masih menjadi periode konsolidasi. Sedangkan tahun depan akan menjadi periode pertumbuhan tinggi.

Meski ekonomi global labil, Bambang menganalisa ada banyak faktor yang mendukung pertumbuhan ekonomi  tahun depan. Pertama, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tahun ini memperbesar ruang fiskal pemerintah dan mengatasi defisit transaksi berjalan. Pemerintah akan memanfaatkan ruang fiskal untuk menggenjot pembangunan infrastruktur sehingga mendukung pertumbuhan ekonomi berkualitas.

Kedua, perbaikan ekonomi Amerika Serikat (AS) akan  jadi pendongkrak kinerja ekspor. Apalagi, AS adalah negara tujuan ekspor terbesar ketiga Indonesia sehingga dampaknya cukup signifikan. Ditambah lagi, pemulihan ekonomi AS juga mengakibatkan suku bunganya naik, ini mengakibatkan nilai tukar rupiah melemah sehingga daya saing ekspor meningkat.

Ketiga, arus modal asing atau foreign direct investment (FDI) akan tinggi seiring meningkatnya kepercayaan investor terhadap pemerintahan baru. "Informasi kami, FDI tahun ini hanya tumbuh 16%,  tapi tahun depan bisa 19%, jelas bahwa ekonomi semakin membaik dan defisit transaksi berjalan akan berkurang," tandas Bambang.

Ekonom BII, Juniman, berpendapat, kenaikan BBM menggerus konsumsi masyarakat sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi tahun ini hanya sekitar 5,06%. Namun, konsumsi masyarakat dan swasta tahun depan bisa tumbuh tinggi, sehingga bisa mendukung tercapainya pertumbuhan ekonomi 5,8%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×