Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Tanda tanya Presiden Republik Indonesia Joko Widodo terhadap pembangunan ekonomi negeri Tiongkok yang meroket, akhirnya terjawab sudah. Jokowi, sapaan akrab Joko Widodo bilang, tanda tanya besar yang selama ini menghantui dirinya akhirnya terjawab langsung saat dirinya bertemu Presiden Republik Rakyat China, Xi Jinping dalam pertemuan KTT APEC di Beijing, China.
Jokowi bertanya mengenai meroketnya Tiongkok sebagai sebuah raksasa ekonomi dunia sekarang ini kepada Xi Jinping. Sebab, sepengetahuan Jokowi, Tiongkok sedari dulu merupakan negara komunis. Tapi saat ini, Negeri Panda itu membuka lebar-lebar kesempatan investasi untuk asing.
Jokowi meminta Xi Jinping untuk memberitahu tiga kunci sukses kenapa Tiongkok bisa meroket seperti sekarang ini. Jokowi merinci, jawaban Xi Jinping adalah, pertama, partai yang bersatu.
"Ini yang sulit. Partai yang harus bersatu. Sebab, menurut Xi Jinping, jika tidak seperti itu, bagaimana bisa membuat visi ke depan dan menatap arah yang sama untuk kemajuan negara. Ini yang sulit, karena tidak mungkin bersatu 100%. Mudah-mudahan 6 bulan ke depan bisa 60%, syukur-syukur bisa 70%, bisa 80%. Karena di dalam negara harus ada check and balance," kata Jokowi di JCC, Kamis (20/11).
Jawaban Xi Jinping kedua kepada Jokowi, adalah adanya gagasan, rencana dan mimpi besar. Menurut Jokowi, hal tersebut merupakan tugas pemimpin negeri. Jokowi bilang, Xi Jinping mencontohkan, jika ingin membuat pelabuhan, maka jangan memikirkan 10 tahun mendatang saja, tapi berpikir 50 tahun sampai 100 tahun mendatang.
"Mau bikin pelabuhan jangan siapkan 10 hektare tapi siapkan 1.000 hektare, siapkan 10.000 hektare dan siapkan power plan
GBHN kita belum bisa menjangkau sejauh itu. Ini yang harus disiapkan," kata Jokowi.
Tips ketiga dari Xi Jinping, cerita Jokowi, adalah bangun segera infrastruktur untuk konektivitas yang menghubungkan antar kota, antar provinsi dan juga antar pulau. Jokowi bilang, Xi Jinping menyarankan, jangan membuat infrastruktur jalan yang kecil-kecil, tapi langsung yang besar. Saran dari Xi Jinping juga, kata Jokowi, infrastruktur harus dikerjakan sekarang. Sebab, jika baru dikerjakan pada 10 tahun mendatang, maka harganya bisa berkali lipat.
"Coba kalau MRT dikerjakan dari 26 tahun yang lalu, maka ongkos pembebasan lahan, ongkos gusur, ongkos datangkan kereta, masih murah," ucapnya
Pemikiran yang disampaikan Xi Jinping ini, menurut Jokowi adalah hal yang benar. Indonesia harus membangun infrastruktur dan meningkatkan investasi. Selain itu, foreign direct investment harus digenjot dan didorong segera untuk bisa membangun investasi dimana-mana.
Sehingga, pengalihan subsidi BBM bisa diarahkan pada sektor produktif. Sebab, total subsidi BBM tahun depan sebesar Rp 443 triliun. Angka ini, menurut Jokowi bisa untuk membangun 600 waduk yang digunakan untuk pembangkit listrik tenaga air yang investasinya sebesar Rp 400 miliar sampai dengan Rp 500 miliar.
"Jika diarahkan ke sektor produktif, dalam tiga tahun ke depan maka Indonesia sudah bisa melakukan swasembada pangan. Subsidi BBM adalah pemborosan yang tidak disadari," jelas Jokowi.
Jokowi menambahkan, ke depan, jika subsidi BBM sebesar Rp 443 triliun dialihkan untuk jaringan kereta api, maka bisa membangun jaringan kereta api di Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Investasi yang dibutuhkan untuk membangun jaringan kereta api se-Indonesia itu membutuhkan total dana hanya sebesar Rp 360 triliun.
Maka, sangat disayangkan jika uang sebesar Rp 443 triliun hanya untuk dibakar menjadi BBM. "Rezim anggaran Indonesia harus diubah. Karena kita menikmati sesuatu yang seharusnya tidak kita lakukan. Indonesia bukan lagi eksportir minyak, tapi net importir minyak. Ini menyulitkan Indonesia dalam neraca negara. Proses subsidi BBM selesai, masuk ke infrastruktur baik konektivitas antar kota, provinsi dan pulau," kata Jokowi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News