kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Pemerintah optimis laju ekonomi 2015 capai 5,8%


Selasa, 25 November 2014 / 19:41 WIB
Pemerintah optimis laju ekonomi 2015 capai 5,8%
ILUSTRASI. Cara menggunakan fitur standby mode di iOS 17.


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Laju pertumbuhan ekonomi diprediksi mengalami perlambatan, bahkan sejumlah ekonom menyebut pertumbuhan ekonomi tahun ini hanya mencapai 5,5%. Pemerintah pun mengakui pertumbuhan ekonomi tahun ini memang mengalami perlambatan, namun tahun 2015 pertumbuhan ekonomi dipercaya bakal membaik.

Pemerintah optimis perekonomian Indonesia tahun 2015 bisa mencapai 5,8%. Tapi dengan syarat mengalokasi subsidi ke sektor produktif, investasi yang tumbuh, optimalisasi penerimaan pajak serta menghadapi resiko-resiko yang datang dari global.

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menjelaskan keputusan pemerintah mengurangi subsidi BBM dengan maksud guna menjaga anggaran, memperbaiki ruang fiskal dan current account defisit (CAD). Mengurangi subsidi BBM, merupakan cara pemerintah mengambil kebijakan anggaran yang prioritasnya mengubah skema subsidi ke sektor yang produktif.

“Pengalokasian subsidi akan berubah dari pemberian melalui barang dan harga dan sekarang akan diberikan langsung ke masyarakat, dan ini bukan hanya subsidi BBM melainkan ada subsidi listrik, pupuk dan makanan” ujar Bambang di Ritz Carlton, Mega Kuningan (25/11).

Menurut Bambang, kenaikan BBM di November ini pada dasarnya untuk mengurangi impor volume BBM dan mengurangi konsumsi BBM yang terus membengkak. “Kenaikan BBM pada November akan mengurangi inflasi, apalagi dengan harga Rp 2.000 per liter merupakan harga yang managable, sehingga masyarakat beralih menggunakan BBM non subsidi," katanya.

Asal tahu saja, anggaran yang dialokasikan dari subsidi BBM sebesar Rp 100 triliun, di atas 50% untuk infrastruktur. Bambang menegaskan pengalihan alokasi subsidi ke sektor produktif dilakukan pemerintah untuk membangun infrastruktur, terutama pertanian, sektor maritim dan sektor energi. Selain itu, dana perlindungan sosial termasuk kesehatan dan pendidikan dan dana desa.

Di samping alokasi subsidi ke sektor produktif, investasi juga mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat. Berdasarkan informasi, total foreign direct invesment (FDI) di Indonesia sebesar 19,9% (YoY) yang tumbuh 16% (YoY). “Lantaran kepercayaan investor yang membaik, FDI yang naik, maka ekonomi akan membaik dan current account akan turun defisitnya” tandas Bambang.

Investasi yang meningkat, tatkala menunjukkan bahwa pengusaha yang menanamkan modalnya dan membangun usahanya, harus menanamkan modalnya. Sehingga, pemerintah akan terus melakukan optimalisasi penerimaan pajak. Dan terakhir, Bambang mengatakan pemerintah juga akan menghadapi Fed Fund Rate karena perekonomian global yang mengalami perbaikan perlahan.

Sementara itu, Kepala Ekonom BII Juniman menprediksi pertumbuhan ekonomi tahun depan sekitar 5,5%-5,8%. Hal ini tidak lepas dari anggaran penghematan subsidi BBM yang digunakan untuk menstimulus sektor infrastruktur dasar seperti pembangunan bendungan, listrik, pelabuhan, jalan tol yang menjadi fokus pemerintah. “Selain itu butuh stimulus di sektor maritim, pertanian, serta program pemerintah yang menjamin kesejahteraan masyarakat,” ujar Juniman

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×