kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Ekonomi membaik, cadangan devisa diproyeksi terus meningkat


Rabu, 06 Januari 2021 / 10:42 WIB
Ekonomi membaik, cadangan devisa diproyeksi terus meningkat
ILUSTRASI. Karyawan melayani pembelian uang dolar Amerika Serikat (AS) di sebuah tempat penukaran uang di Jakarta, Jumat (20/11/2020). Ekonomi membaik, cadangan devisa diproyeksi terus meningkat.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Nilai tukar rupiah menjelang akhir tahun 2020 bergerak stabil. Ini bisa membuat ongkos stabilisasi kurs berkurang sehingga posisi cadangan devisa akhir tahun 2020 berpotensi meningkat.

Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah mengatakan, cadangan devisa pada akhir Desember 2020 bisa melampaui US$ 135 miliar. Angka ini naik dari posisi akhir bulan November 2020 yang sebesar US$ 133,6 miliar.

"Karena tidak banyak stabilisasi rupiah, sedangkan tambahan cadangan devisa dari beberapa sumber terus naik," kata Nanang, Selasa (5/1).

Data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menunjukkan nilai tukar rupiah sempat berada di level Rp 14.178 per dollar Amerika Serikat (AS) pada tanggal 1 Desember 2020. Rupiah menguat ke level Rp 14.105 per dollar AS pada tanggal 30 Desember 2020.

Baca Juga: Ini penyebab cadangan devisa Desember 2020 diprediksi naik ke US$ 136 miliar

Nanang optimistis tambahan cadangan devisa berlanjut pada 2021 karena dari penerbitan surat berharga negara (SBN) berdenominasi valas oleh pemerintah, dengan jumlah yang cukup besar.

Selain itu, peningkatan pasar keuangan diprediksi lebih stabil karena fundamental ekonomi membaik, sehingga bank sentral tidak akan banyak melakukan stabilisasi pasar lagi.

Faktor lain adalah adanya instrumen Domestic Non Delivery Forward (DNDF) yang membantu BI dalam menghemat cadangan devisa. Dengan instrumen ini, permintaan valas yang besar bisa dialihkan sementara ke DNDF.

"Sehingga bisa digunakan pasar untuk hedging, setelah kondisi stabil pelaku pasar bisa membeli valas bertahap dan membiarkan DNDF jatuh tempo," tambah Nanang.

Masih bisa naik

Lebih lanjut, peningkatan cadangan devisa di tahun ini juga akan datang dari beberapa penerimaan pajak dengan valuta asing. Pajak dari valas ini seperti pajak industri perminyakan, dan lain-lain.

Kepala ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan, posisi cadangan devisa akhir tahun lalu bisa mencapai US$ 136 miliar. Angka ini merupakan posisi tertinggi kedua setelah pada akhir Agustus 2020 lalu, cadangan devisa mampu menembus angka US$ 137 miliar.

Baca Juga: Ekonom Bank Permata proyeksikan cadangan devisa Desember 2020 naik ke US$ 136 miliar

Kenaikan cadangan devisa akhir tahun lalu, dipengaruhi sejumlah hal. Pertama, penguatan nilai tukar rupiah sebesar 0,50% pada bulan Desember. Kedua, penyerapan valas lewat term deposit valas perbankan yang dihelat sepanjang Desember 2020 dan hasilnya meningkat dari bulan sebelumnya.

Di sisi lain, ada juga faktor yang akan memengaruhi pergerakan cadangan devisa pada akhir tahun lalu, seperti hasil lelang surat berharga BI (SBBI) valas yang cenderung turun bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Juga pembayaran utang luar negeri pemerintah dan impor pada bulan Desember 2020 yang cenderung meningkat.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira lihat, cadangan devisa masih bisa naik di tahun ini sejalan dengan kebutuhan pembiayaan defisit anggaran.

Baca Juga: BI perkirakan defisit transaksi berjalan ada di kisaran 1,0%-2,0% PDB pada tahun 2021

Ini juga terkait program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dan pembentukan Lembaga Pengelola Investasi (LPI) yang mengelola dana investasi dari luar negeri.

"Harapannya ini bisa menarik dana asing masuk ke Indonesia dan memperkuat nilai tukar rupiah," kata Bhima. Namun, saat AS melakukan tappering off, maka hal itu juga akan mempengaruhi cadangan devisa Indonesia.

Selanjutnya: Pamor dolar AS akan lebih tinggi dibanding emas sebagai aset safe haven

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×