Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan ekonomi dalam negeri pada kuartal I-2021 akan berada pada kisaran minus 2% hingga minus 1%. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan Josua.
Menurutnya, kontraksi ekonomi pada periode Januari-Maret 2021 didorong oleh masih lemahnya daya beli masyarakat masih relatif rendah. Hal ini terindikasi dari inflasi inti yang masih melambat di bulan Februari, dengan hanya tercatat sebesar 1,53% year on year (yoy).
Penjualan mobil dan motor pun masih terkontraksi bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2020. Penjualan mobil hingga Februari 2021 masih terkontraksi 36,21%, sementara penjualan motor Januari 2021 masih terkontraksi 14,74%.
Baca Juga: Fitch pertahankan peringkat utang Indonesia, ini kata Bank Indonesia
Dari sisi bisnis usaha, Josua memperkirakan investasi juga masih mengalami kontraksi, sejalan dengan pertumbuhan kredit yang masih mencatatkan pertumbuhan negatif sebesar minus 2,15%yoy.
“Ini menjadi salah satu indikator bahwa bisnis usaha belum memaksimalkan kapasitas produksinya, baik untuk operasional, maupun ekspansi,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Selasa (22/3).
Di sisi lain pada kuartal II-2021, Josua meramal pertumbuhan ekonomi akan berada pada kisaran 5% hingga 6% yoy. Utamanya disebabkan oleh low base effect pada kuartal II-2020, akibat mulai merebaknya virus COVID-19.
Pertumbuhan pada April-Juni 2021 juga akan didukung oleh pemulihan dari sektor pertanian pada masa panen, serta pemulihan dari sektor manufaktur. Masa panen memang berada pada di bulan Maret-April, sehingga dampaknya masih akan terasa di kuartal II-2021.
Baca Juga: Bisnis ritel jadi salah satu sektor usaha yang terperosok paling dalam akibat pandemi
Sementara pemulihan di sektor manufaktur akan terdorong dari sisi manufaktur makanan dan minuman, seiring dengan periode Ramadhan dan Idul Fitri di kuartal II-2021.
Kemudian, pemulihan juga mungkin akan terlihat dari sektor transportasi sejalan dengan kebijakan pemerintah yang membolehkan adanya mudik lebaran di tahun ini.
“Sehingga diperkirakan sektor transportasi akan bertumbuh positif bila dibandingkan dengan kuartal II-2021, di mana pemerintah melakukan pembatasan kegiatan mudik lebaran,” ujar Josua.
Selanjutnya: Indonesia kejar potensi pasar Swiss lewat IE-CEPA
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News