Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2024 akan menemui sejumlah tantangan.
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky mengungkapkan, tantangan bisa datang baik dari sisi global maupun dalam negeri.
Dari sisi global, ketatnya pasar tenaga kerja dan masih tingginya inflasi di beberapa negara maju mendorong berbagai bank sentral untuk menjaga rezim suku bunga tinggi lebih lama dari perkiraan sebelumnya.
Termasuk Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) diyakini masih akan menahan suku bunga acuan di level tinggi setidaknya pada tahun 2024.
"Apabila The Fed melanjutkan menahan tinggi tingkat suku bunga acuannya, maka Bank Indonesia (BI) mungkin juga mengambil langkah serupa untuk menjaga spread suku bunga acuan," terang Riefky dalam Seri Analisis Makroekonomi edisi November 2023 yang diterima Kontan.co.id.
Baca Juga: Perlambatan Perdagangan Global Pengaruhi Penerimaan Pajak 2023
Nah, tren suku bunga tinggi akan menaikkan risiko kenaikan suku bunga kredit. Ini bermuara pada tersendatnya pertumbuhan kredit pada tahun depan.
Risiko lain dari global datang dari kebijakan moneter kontraktif yang diadopsi berbagai bank sentral dunia. Ini akan memicu perlambatan permintaan global dan menekan harga komoditas.
Tentu, akan memberi dampak lanjutan terhadap Indonesia dari jalur perdagangan, mengingat ekspor Indonesia cuku pbergantung dengan harga komoditas.
Tantangan lain datang dari potensi pelemahan nilai tukar yang berkelanjutan. Ini akan memicu peningkatan inflasi impor (imported inflation).
Apalagi, Riefky melihat 90% dari impor Indoensia adalah bahan baku dan barang nmodel. Sehingga depresiasi akan menyundut ongkos produksi domestik yang akan membahayakan performa sektor manufaktur dan investasi.
Kemudian, kombinasi risiko nilai tukar dan penurunan perdagangan pada tahun depan, akan menimbulkan risiko naiknya defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD).
Sedangkan risiko dari dalam negeri seputar tahun politik. Penyelenggaran pemilihan umum (pemilu) berpotensi teradi di sepanjang tahun 2024, mengingat pesta rakyat terjadi dari level nasional hingga kabupaten/kota.
Panjangnya periode tersebut akan memperpanjang periode sentimen wait and see oleh sektor swasta dan berpotensi menghambat laju pertumbuhan ekonomi dan investasi.
Baca Juga: Chatib Basri Ungkap 4 Tantangan yang Hambat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Meski ada risiko dari sisi domestik dan eksternal tersebut, Riefky memandang sejauh ini pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup berdaya tahan.
Secara keseluruhan, Riefky memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tumbuh di kisaran 5,1% yoy pada tahun 2024. Cukup stabil, bila dibandingkan dengan perkiraan pertumbuhan 2023 yang sebesar 5,0% yoy hingga 5,1% yoy.
Untuk menjaga pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek di tengah ketidakpastian, Riefky pun mengimbau otoritas tetap menjaga stabilitas dari keyakinan konsumen, tingkat harga, dan nilai tukar rupiah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News