kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Ekonomi di negara anggota ASEAN dinilai kuat


Rabu, 04 Desember 2013 / 16:38 WIB
Ekonomi di negara anggota ASEAN dinilai kuat
ILUSTRASI. Cewek bumi.


Sumber: Kompas.com | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Ekonom memandang performa ekonomi Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya tergolong kuat, khususnya dalam menghadapi situasi ekonomi global.

Ekonom ASEAN dari HSBC Su Sian Lim menyatakan, kuatnya performa tersebut ditopang oleh beberapa hal, salah satunya adalah besarnya permintaan domestik. Meskipun begitu, masih ada beberapa pekerjaan dalam negeri yang masih harus dibenahi.

"Adanya permintaan domestik yang besar dan tingkat pengangguran yang relatif rendah memberikan keuntungan baik dari sisi ritel dan belanja rumah tangga maupun sektor bisnis. Meskipun demikian, masih ada beberapa pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh pemerintah negara masing-masing karena ada pengaruh tekanan global," kata Su Sian pada acara HSBC Global Economic Outlook 2014, Rabu (4/12/2013).

Su Sian mengapresiasi berbagai langkah yang telah dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) dan pemerintah dalam merespons tekanan ekonomi. BI, kata dia, telah mengambil berbagai kebijakan guna merespons tekanan makroekonomi dan meminimalkan kerentanan kondisi ekonomi saat ini, seperti menaikkan suku bunga acuan.

"Langkah-langkah BI yang diiringi dengan kebijakan fiskal yang dilakukan pemerintah melalui Kementerian Keuangan bertujuan mempersempit defisit neraca transaksi berjalan, mengendalikan nilai tukar, menahan inflasi, serta mempertahankan cadangan devisa. Harus diakui juga, penyesuaian harga BBM pada bulan Juni 2013 telah membantu mengurangi defisit neraca transaksi berjalan," ujarnya.

Terkait kebijakan pengurangan stimulus moneter atau tapering off oleh The Fed, Su Sian menilai hal itu akan memberi keseimbangan baru dalam segi moneter di kawasan Asia Tenggara. Kebijakan itu, kata dia, tentu akan berdampak pada masuk keluarnya arus modal dan nilai tukar.

"Mata uang ASEAN memang peka terhadap langkah-langkah The Fed. Kebijakan pengetatan quantitative easing oleh The Fed bisa memberikan keseimbangan baru dalam hal moneter di kawasan ASEAN," ungkap Su Sian. (Sakina Rakhma Diah Setiawan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×