Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memproyeksi defisit transaksi berjalan alias current account deficit (CAD) pada tahun ini sebesar US$ 25 miliar. Defisit ini lebih besar dari 2017 lalu yang mencapai US$ 17,53 miliar atau 1,73% dari PDB.
Sementara itu, beberapa ekonom memperkirakan neraca modal juga akan defisit sehingga NPI pada tahun ini bisa mengalami defisit.
Di sisi lain, pemerintah dan BI melakukan beberapa langkah untuk menjaga NPI di tengah ketidakpastian ekonomi global ini. Dari BI misalnya, menaikkan suku bunga agar yield obligasi lebih menarik, mereaktivasi Sertifikat Bank Indonesia (SBI) tenor 9 dan 12 bulan, dan melakukan pelonggaran LTV.
Sementara pemerintah, berusaha lebih selektif terhadap impor, memacu investasi berorientasi ekspor, menarik dana asing dari pariwisata, dan menerbitkan berbagai insentif fiskal.
Meski demikian, upaya-upaya menjaga NPI supaya positif tersebut dinilai akan terasa efeknya pada jangka menengah panjang.
“Upaya-upaya ini untuk medium long term. Kelihatannya jangka pendek masih under pressure,” kata Kepala Ekonom Maybank Indonesia Juniman kepada Kontan.co.id, Senin (30/7).
Meski begitu, menurut dia, paling tidak saat ini sudah ada upaya pemerintah untuk menekan CAD dan upaya BI untuk meningkatkan capital account. “Kalau gak ada upaya, CAD kita akan bengkak terus, cadev turun, NPI turun,” ujarnya.
Dengan transaksi berjalan yang defisit, Juniman mengatakan, imbasnya adalah nilai tukar rupiah tertekan. Bahkan lebih parah dari mata uang lain yang transaksi berjalannya tidak defisit atau defisitnya lebih kecil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News