Reporter: Martyasari Rizky | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengamat ekonomi Universitas Indonesia Ari Kuncoro mengatakan penguatan rupiah dan penurunan harga minyak dunia dinilai tak akan berefek banyak ke Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018. Alhasil, APBN 2018 tak berpotensi gagal.
"Itu tidak akan berpotensi gagal. Justru kalau rupiah melemah itu malah menyebabkan adanya tekanan fiskal. Dengan kata lain, (dengan penguatan rupiah) bahaya yang akan dialami Indonesia akan berkurang," kata Ari kepada Kontan.co.id, Minggu (25/11).
Pelemahan harga minyak dunia tentu akan berefek pada turunnya penerimaan negara. Namun, di sisi lain, kara Ari, pelemahan harga minyak dunia membuat potensi subsidi yang harus dibayarkan untuk premium juga akan ikut turun. Dengan kata lain, penerimaan turun, tapi pengeluarannya juga ikut turun.
Meski begitu, Ari bilang, dengan harga minyak dan kurs rupiah yang naik turun, maka pemerintah perlu menyesuaikan dan mengubah konsep anggaran. Perubahan konsep yang dimaksud adalah penerimaan dalam anggaran baiknya dihitung dengan menggunakan range, bukan suatu patokan.
"Istilah gagal itu tidak ada, karena akan selalu menyesuaikan, tergantung dari asumsi nilai tukar dan harga minyak itu sendiri. Tetapi di perencanaan awal akan terlihat ada defisit, dan defisit itu bisa diatur, kalau kebesaran berarti harus cari pengeluaran apa yang kira-kira bisa ditunda. Hal itu namanya management budget," tambah Ari.
Hingga akhir tahun, Ari memperkirakan harga minyak dunia akan berada di kisaran US$ 57 per barel- US$ 58 per barel, untuk jenis Brent. Sedangkan, untuk proyeksi nilai tukar rupiah akan berada di kisaran Rp 14.400-Rp 14.500 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News