Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Invasi Rusia ke Ukraina membawa dampak besar terhadap perekonomian global, termasuk perekonomian Indonesia. Bank Mandiri melakukan stress test. Hasilnya menunjukkan kondisi perekonomian akan lebih baik bila invasi ini tidak terjadi.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menegaskan, bila Februari 2022 lalu Rusia tidak menyerang Ukraina, maka kondisi ekspektasi inflasi dan ekonomi global akan relatif baik-baik saja. Demikian juga dengan ekonomi Indonesia.
“Ekspektasi inflasi 2022 tidak setinggi saat ini, respons kebijakan ketat bank sentral dunia tak akan seagresif ini, ekonomi global relatif baik-baik saja. Kita akan menikmati situasi pemulihan ekonomi yang lebih panjang tanpa gejolak global maupun dalam negeri,” terang Andry dalam media gathering, Selasa (4/10) secara daring.
Head of Macroeconomic & Financial Market Research Bank Mandiri Dian Ayu Yustina kemudian menambahkan. Sebelum adanya perang Rusia dan Ukraina, dirinya meyakini inflasi Indonesia di tahun 2022 akan berada di kisaran 3% secara tahunan atau year on year (yoy) hingga 4% yoy, atau masih ada di kisaran sasaran BI.
Baca Juga: Ekonom Ini Sebut Pemerintah Belum Siap Terapkan Pajak Karbon Tahun Ini, Mengapa?
Sedangkan inflasi inti akan berada di level 3,5% yoy hingga 3,7% yoy. Peningkatan inflasi ini menunjukkan adanya daya beli masyarakat yang membaik, setelah keok oleh Covid-19.
Nah, karena perang ini terjadi, maka inflasi pada tahun 2022 berpotensi membengkak. Perang kedua negara ini memberikan dampak berupa disrupsi rantai pasok global yang kemudian menyundut inflasi energi dan pangan.
Peningkatan harga energi global yang signifikan membuat pemerintah kemudian menaikkan anggaran subsidi dan kompensasi energi menjadi Rp 502 triliun, atau tiga kali lipat dari pagu semula.
Karena harga energi global masih panas dan berpotensi makin memperbesar kocek yang harus dirogoh pemerintah, maka harga BBM dalam negeri pun dinaikkan.
Baca Juga: Dukung UMKM, Kontribusi Pembiayaan Inklusif BNI Sudah Capai 27,8%
Peningkatan harga BBM dalam negeri ini akhirnya membuat inflasi Indonesia 2022 berpeluang untuk ada di level 6,27% yoy, atau melampaui batas atas target BI yang sebesar 4% yoy.
Pasalnya, dampak peningkatan harga BBM tak hanya di fase pertama saja, tetapi ada rambatan ke naiknya harga sektor-sektor lain.
Sedangkan dari sisi pertumbuhan ekonomi, Bank Mandiri tetap mempertahankan perkiraannya di level 5,17% yoy, baik sebelum ada invasi Rusia maupun setelahnya.
Sebenarnya, ada kekhawatiran perekonomian Indonesia merosot setelah ada gonjang-ganjing ini. Namun, melihat kondisi pertumbuhan ekonomi semester I-2022 yang berhasil mencapai 5,23% yoy, Bank Mandiri masih optimistis pertumbuhan ekonomi di sepanjang tahun ini mampu mencapai 5,17% yoy.
Belum lagi kondisi perekonomian saat memasuki semester II-2022 masih menunjukkan kondisi yang menggembirakan.
Baca Juga: Ancaman Resesi Global 2023, Begini Tanggapan Bos OJK Mahendra Siregar
Berbagai indikator dini seperti indeks keyakinan konsumen, indeks penjualan ritel, PMI Manufaktur, dan mobilitas masyarakat masih menunjukkan tren positif. Ini makin mendorong keyakinan lembaga tersebut.
Namun, pada tahun 2023, Dian memperkirakan ada perlambatan pertumbuhan ekonomi. Menurut perkiraannya, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan akan sekitar 5,04% yoy, atau lebih rendah dari perkiraan tahun ini.
“Jadi sebenarnya, pemulihan ekonomi Indonesia masih dalam tahap berlanjut meski ada invasi ini. Walaupun, akan tersendat sedikit akibat penyesuaian harga BBM, kenaikan inflasi, dan suku bunga acuan,” tandas Dian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News