kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Ekonom Sebut di Era Jokowi Masyarakat Kelas Menengah Berkurang, Kelas Bawah Bertambah


Selasa, 17 September 2024 / 17:50 WIB
Ekonom Sebut di Era Jokowi Masyarakat Kelas Menengah Berkurang, Kelas Bawah Bertambah
ILUSTRASI. JAKARTA,25/02-INDUSTRI RITEL MENGGELIAT. Warga berbelanja kebutuhan di salah satu perusahaan ritel di Jakarta, Minggu (25/02). Industri ritel diproyeksikan akan kembali menggeliat pada 2018. Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudistira memprediksi, pertumbuhan ritel tahun depan akan didorong oleh konsumsi rumah tangga. Adapun faktor penghambat pertumbuhan ritel di 2018, menurut Bhima, yakni dampak negatif dari tahun politik yang membuat masyarakat kelas menengah atas cenderung menahan belanja. KONTAN/Fransiskus Simbolon/25/02/2018


Reporter: Shifa Nur Fadila | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah penduduk yang tergolong kelas menengah berkurang selama era kepemimpinan Presiden Joko Widodo. 

Dengan kriteria BPS yang merujuk pada Bank Dunia, berkurang sebanyak 9,48 juta orang dari sebelumnya 57,33 juta orang (2019) menjadi 47,85 juta orang (2024). 

Secara persentase atas total penduduk kelas menengah berkurang sebesar 4,13% poin. 

Ekonom Bright Institute, Awalil Rizky mencermati berkurangnya kelas menengah mengindikasikan kinerja ekonomi yang kurang baik selama era pemerintahan Jokowi. 

Baca Juga: Beban Masyarakat Bertambah Akibat Pajak Bangun Rumah Sendiri Ikut Naik pada 2025

Apalagi diikuti bertambahnya kelompok menuju kelas menengah dan kelompok rentan miskin. Bahkan stagnasi jumlah penduduk miskin terjadi pada periode 2019-2024. 

"Fenomena ini meningkatkan risiko perekonomian Indonesia pada tahun-tahun mendatang," jelas Awalil pada diskusi publik, Selasa (17/9).

Di sisi lain, berkurangnya kelas menengah akan menyulitkan pertumbuhan konsumsi. Bahkan sebagian investasi yang berskala kecil dan menengah juga akan tergerus.  

Kelas menengah merupakan faktor penting kinerja perekonomian suatu negara. Pada sisi permintaan agregat berdampak melalui konsumsi, yang jika meningkat pesat akan mendorong pertumbuhan ekonomi. 

Pada giliran berikutnya mempengaruhi tingkat kesejahteraan, menurunkan ketimpangan, serta memperkuat ketahanan ekonomi nasional. 

Baca Juga: 80% Pemain Judi Online dari Kelas Menengah ke Bawah, Ini Tanggapan Pengamat

Pada sisi penawaran, mempengaruhi melalui penciptaan lapangan pekerjaan dan kondisi pekerja, yang jika meningkat akan menumbuhkan pendapatan. Diyakini pula akan memberi kesempatan luas pada investasi modal manusia atau pendidikan. 

Selanjutnya berpotensi menambah jumlah kelompok kelas menengah di masa mendatang.

Sementara itu, Awalil menilai, bukan hanya kelas menengah melainkan masyarakat yang rentan miskin dan masyarakat miskin memiliki masalah lebih serius. Banyak dari mereka yang tidak tergolong miskin namun berada di sekitar Garis kemiskinan, dan sangat rentan untuk jatuh miskin. 

Baca Juga: Dilema Pembatasan BBM, Beban Fiskal Berkurang Tetapi Daya Beli Sedang Lesu

"Sebagiannya hanya terbantu oleh program bansos dan semacamnya," ujarnya. 

Awalil mengungkapkan fenomena ini menyebabkan suramnya prospek perekonomian. Bahkan, kesenjangan sosial akan cenderung meningkat dan bisa berdampak pada ketidakstabilan sosial dan politik. 

Ditambah melemahnya daya tahan perekonomian nasional jika terjadi guncangan eksternal pada tahun-tahun mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×