kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonom Samuel Asset Management: BI melihat potensi pengetatan likuiditas


Selasa, 26 Februari 2019 / 18:57 WIB
Ekonom Samuel Asset Management: BI melihat potensi pengetatan likuiditas


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) merilis hasil lelang reverse repo Surat Berharga Negara (SBN) 1 minggu, 2 minggu dan 4 minggu. Namun untuk SBN 2 minggu dan 4 minggu BI tidak semua penawaran yang masuk diserap.

"Sepertinya BI memang ingin mempertahankan likuiditas di pasar," jelas Ekonom Samuel Asset Managemen Lana Soelistianingsih saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (26/2).

Kondisi ini dapat dibaca bahwa BI sedang melihat adanya potensi pengetatan likuiditas di sistem keuangan perbankan. Sehingga BI hanya menyerap dana melalui SBN dengan tenor satu minggu.

Kondisi ini sebagai imbas kenaikan suku bunga di tahun lalu yang hingga tujuh kali. Meskipun BI sudah melakukan bauran kebijakan. Maka melalui instrumen SBN ini BI juga mengatur likuiditas.

"Iya betul (termasuk kebijakan makroprudensial yang akomodatif), karena tidak hanya suku bunga tetapi juga operasi pasar terbuka," ujar Lana.

Terkait Giro Wajib Minimum (GWM) rerata, BI masih perlu menunggu waktu untuk memperlonggar lagi. Sebab perbankan masih perlu melakukan penyesuaian alias learning process. Biasanya perubahan GWM juga tidak terjadi berkali-kali dalam setahun. Sebab dampaknya langsung terasa terhadap likuiditas perbankan.

"Karena langsung diambil dari dana pihak ketiga (DPK) perbankan. Jadi itu akan lebih berdampak terhadap volatilitas likuiditas di bank," jelas Lana.

Terkait kebijakan BI, Lana juga memprediksi BI akan mempertahankan suku bunganya. Melihat The Fed bisa saja juga mempertahankan suku bunganya, atau bisa menaikkan di akhir tahun ini. 

Sehingga untuk kemungkinan menurunkan suku bunga, BI bisa saja melakukannya di tahun 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×