Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Neraca perdagangan Mei 2018 diperkirakan akan kembali mencatat defisit, menyusul defisit pada bulan sebelumnya yang mencapai US$ 1,63 miliar.
Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memperkirakan, neraca perdagangan Mei masih akan mencatat defisit sebesar US$ 646,97 juta. Defisit tersebut akibat impor yang diperkirakan masih tumbuh tinggi sebesar 14,49% year on year (yoy), meski tak setinggi pertumbuhan impor bulan sebelumnya.
Tingginya pertumbuhan impor tersebut masih sejalan dengan permintaan saat ramadan dan menjelang Lebaran di Juni. Sementara ekspor diperkirakan masih akan tumbuh terbatas sebesar 5,36% yoy.
Ekonom Institute Development of Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara memperkirakan, defisit neraca dagang Mei akan mencapai US$ 1,1 miliar lantaran cukup tingginya impor barang konsumsi dan bahan baku menjelang Lebaran. Selain itu, defisit migas juga berpotensi naik karena naiknya harga minyak mentah dunia.
Bhima memperkirakan, kenaikan ekspor hanya mencapai 6%-7% yoy. Sebab, "Ada koreksi harga CPO dan beberapa komoditas lainnya," kata Bhima, Minggu (24/6).
Tak hanya itu, perang dagang juga kembali memukul ekspor produk unggulan seperti CPO dan karet.
Sementara Ekonom Bank Central Asial (BCA) David Sumual memperkirakan, neraca perdagangan surplus tipis mencapai US$ 264 juta, dengan proyeksi impor tumbuh 10,1% yoy dan ekspor tumbuh 7,5% yoy.
Menurut David, pada tahun-tahun sebelumnya, puncak impor terjadi pada dua bulan sebelum lebaran. Sementara di satu bulan sebelum lebaran, impor kemungkinan masih tinggi tetapi tak setinggi dua impor dua bulan sebelum lebaran.
Meski begitu, David menilai potensi defisit neraca perdagangan di bulan Mei juga terbuka lebar. Sebab kinerja ekspor diperkirakan akan terbatas, apalagi di Juni karena terbatasnya jam kerja.
"Makanya masih ada kemungkinan defisit juga, tapi defisitnya kecil," tambah David.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News