kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.060.000   18.000   0,88%
  • USD/IDR 16.445   2,00   0,01%
  • IDX 7.867   -18,52   -0,23%
  • KOMPAS100 1.102   -2,88   -0,26%
  • LQ45 800   1,11   0,14%
  • ISSI 269   -0,86   -0,32%
  • IDX30 415   0,50   0,12%
  • IDXHIDIV20 482   1,02   0,21%
  • IDX80 121   -0,09   -0,07%
  • IDXV30 132   -1,13   -0,85%
  • IDXQ30 134   0,17   0,13%

Fitch: Aksi Demo Rusuh Bisa Berdampak Negatif ke Profil Kredit Indonesia


Sabtu, 06 September 2025 / 12:54 WIB
Fitch: Aksi Demo Rusuh Bisa Berdampak Negatif ke Profil Kredit Indonesia
ILUSTRASI. Suasana aksi 28 Agustus 2025 di kawasan Pejompongan, Jakarta, Kamis (28/8/25). Fitch Ratings mengingatkan, gelombang unjuk rasa berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings ikut menyoroti aksi demonstrasi yang berujung kerusuhan di Jakarta dan sejumlah daerah di Indonesia.

Fitch mengingatkan, protes yang diwarnai kekerasan ini dapat berdampak negatif terhadap profil kredit pemerintah jika hal tersebut menghambat prospek pertumbuhan jangka menengah. Atau, jika pemerintah berupaya mengurangi ketegangan sosial dengan meningkatkan belanja secara signifikan, yang menambah risiko penyimpangan fiskal di sekitar target anggaran.

Aksi protes yang awalnya dipicu rencana kenaikan tunjangan anggota DPR kian meluas usai seorang pengemudi ojek daring tewas akibat tindakan aparat keamanan pada 28 Agustus lalu. 

Meski pemerintah kemudian mencabut sejumlah kebijakan kontroversial, termasuk pembatalan kenaikan tunjangan tersebut, Fitch menilai risiko ketegangan sosial tetap tinggi.

"Protes yang diwarnai kekerasan ini dapat berdampak negatif terhadap prodil kredit pemerintah jika hal tersebut menghambat prospek pertumbuhan jangka menengah," tulis Fitch dalam laporannya, Rabu (3/9/2025).

Baca Juga: Aksi Unjuk Rasa Merebak, Efek Tekanan Ekonomi?

Fitch menyoroti keresahan publik tidak lepas dari tekanan biaya hidup, kondisi ekonomi yang masih lemah bagi sebagian besar masyarakat, serta pergeseran alokasi belanja negara untuk mendanai proyek prioritas seperti program makan bergizi gratis. 

Penolakan publik juga muncul terhadap perubahan aturan lain, termasuk revisi undang-undang pada Maret 2025 yang melonggarkan keterlibatan militer dalam politik.

Menurut Fitch, gejolak yang berkepanjangan berisiko melemahkan sentimen bisnis dan konsumsi, serta menyulitkan upaya menarik investasi asing langsung (FDI). 

Padahal, Indonesia tengah memiliki peluang dari pergeseran rantai pasok global, namun di saat bersamaan menghadapi tantangan eksternal berupa tarif impor AS yang lebih tinggi.

"Kerusuhan yang terus-menerus dan meluas dapat merugikan prospek pertumbuhan Indonesia jika melemahkan sentimen bisnis dan konsumen," tulis Fitch.

Jika aliran FDI melemah, ketergantungan Indonesia pada arus portofolio yang lebih fluktuatif bisa meningkat untuk menutup defisit transaksi berjalan (CAD), yang diproyeksikan Fitch sebesar 1,3% dari PDB pada 2025 dan 1,7% pada 2026. 

Meski demikian, defisit tersebut masih tergolong moderat dibandingkan standar historis, sementara cadangan devisa Indonesia yang besar dinilai mampu meredam risiko tekanan pembiayaan eksternal.

Fitch sebelumnya menegaskan peringkat utang Indonesia di level BBB dengan Outlook Stabil pada Maret 2025.

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tak Sejalan dengan Kinerja Emiten di Bursa

Selanjutnya: Harga Pangan Dunia Naik ke Level Tertinggi Sejak Februari 2023

Menarik Dibaca: 5 Manfaat Teh Hijau Jika Diminum Setiap Hari, Kurangi Risiko Kanker Payudara

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×