Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini ekonom memperkirakan inflasi Lebaran tahun ini akan mencapai 0,6% - 0,7%.
Berly Martawardaya, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia sekaligus Direktur Program INDEF mengatakan tahun ini tidak berbeda dari dua tahun sebelumnya yakni 0,69%. Sementara rata-rata inflasi bulanan pada 2016-2017 sekitar 0,25% - 0,3%.
"Selama puasa dan Lebaran, permintaan memang meningkat. Kalau mau ditekan dibawah 0,5% tidak mudah. Pasokan harus ditingkatkan dan mudah dijangkau. Berarti ada tambahan biaya transportasi dan pergudangan," jelas Berly kepada Kontan.co.id, Selasa (10/4).
Meski tahun ini inflasi saat bulan puasa dan Lebaran masih meningkat, namun dalam dua terakhir laju inflasi ini sudah mulai menurun dibandingkan dua tahun sebelumnya. Pasalnya pada Juli 2014 dan Juli 2015, rata-rata inflasi sekitar 0,93%.
Menurut Berly, data ini menunjukkan bahwa manajemen inflasi oleh pemerintah sudah baik. Di mana suplai dan distribusi bahan pangan saat lebaran dan puasa dijaga. Menurutnya, selain menjaga stok dan memperbaiki distribusi, bila perlu peran Bulog juga harus ditingkatkan.
Berly menambahkan, dari data yang ada saat ini, pemerintah bisa menjaga inflasi pada 2015-2017 di kisaran 3,02% - 3,61%. Padahal, pada 2013 sampai 2014, inflasi sekitar 8,36% - 3,38%.
Di tahun ini, inflasi pada Januari sampai Maret sebesar 0,99%. Angka ini masih di atas tahun 2016 yang sebesar 0,61%, tetapi berada di bawah tahun 2017 sebesar 1,18%. "Kalau manajemen inflasi bisa dijaga seperti dua tahun lalu dan tidak ada external shock maka target inflasi 3,5% masih aman," tandas Berly.
Sementara itu, Pemerintah pun sudah melakukan berbagai upaya untuk menjaga harga pangan menjelang bulan puasa. Pemerintah memastikan pasokan bahan pangan aman, bahkan menerapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk beras.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News