kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ekonom: Pengusaha masih ragu manfaatkan kebijakan LCS


Jumat, 05 April 2019 / 17:54 WIB
Ekonom: Pengusaha masih ragu manfaatkan kebijakan LCS


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat jumlah transaksi dengan Malaysia dan Thailand selama kuartal I-2019 sebesar US$ 83 juta. Angka tersebut hanya 0,2% dari jumlah transaksi perdagangan Indonesia dengan Malaysia dan Thailand sepanjang Januari-Februari yang tercatat US$ 4,58 miliar.

Ekonom Center of Reform on Economics, Piter Abdullah menjelaskan hingga saat ini pengusaha masih ragu dalam menggunakan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan. Sementara itu kebanyakan eksportir Indonesia dan negara ASEAN lainnya masih menggunakan barang impor dari negara lain yang artinya masih membutuhkan Dollar Amerika Serikat (AS).

"Pengusaha kan akan sangat hati-hari mengkaji manfaat dan risiko kalau dia menggunakan kebijakan ini. Selain itu, tidak mungkin semuanya bisa diperdagangkan dengan mata uang lokal," jelas Piter saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (5/4).

Kendati nilai perdagangan dengan mata uang lokal masih sangat rendah, namun pertumbuhannya cukup tinggi. Ini menyiratkan harapan bahwa kerjasama ini akan efektif mengurangi ketergantungan terhadap dollar AS.

Kesepakatan menggunakan mata uang lokal ini hendaknya dilihat dari semangat dan pertumbuhannya. "Kita butuh solusi untuk mengurangi ketergantungan terhadap Dollar yang menyebabkan nilai tukar regional menjadi bergejolak," ujar Piter.

Menurut pengamatan Piter, sosialisasi tentang penggunaan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan dua negara alias local currency swap (LCS) ini tidak cukup bergema. Sehingga pemerintah dan BI masih perlu mendorong eksportir dan importir untuk memanfaatkan skema perdagangan dengan mata uang lokal ini. Terutama bagi eksportir dan importir yang memang tidak memiliki kebutuhan dollar.

Pemerintah dan BI perlu menjelaskan secara rinci terkait manfaat yang diperoleh, resiko dan bagaimana cara mitigasi resiko dalam penggunaan mata uang lokal untuk transaksi perdagangan. 

Sebab, berdasarkan informasi yang diterima Kontan.co.id, baik eksportir maupun importir lebih memilih dollar AS dalam transaksi perdagangan internasional terutama karena nilainya lebih stabil dibanding mata uang lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×