kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ekonom: Pemberian Vaksin Covid-19 belum tentu membuat ekonomi melaju pesat


Rabu, 23 Desember 2020 / 17:28 WIB
Ekonom: Pemberian Vaksin Covid-19 belum tentu membuat ekonomi melaju pesat
ILUSTRASI. Ekonom Indef Enny Sri Hartati.


Reporter: Venny Suryanto | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Joko Widodo memastikan vaksin virus corona gratis untuk seluruh masyarakat Indonesia. Harapannya, pemulihan ekonomi juga dapat lebih cepat pulih dari pandemi Covid-19. 

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan meskipun vaksin sudah ditemukan dan akan segera diberikan kepada masyarakat pada tahun 2021, namun apabila masyarakat masih sulit mematuhi protokol kesehatan maka tidak akan mampu memitigasi penularan Covid-19. 

“Kalau masyarakatnya masih sulit mematuhi protokol, sekalipun ada vaksin Covid-19 maka akan sulit juga memitigasi penyebaran,” jelas Enny saat diskusi yang digelar secara virtual, Rabu (23/12). 

Menurut Enny, alokasi anggaran untuk vaksinasi di tahun 2021 harusnya menjadi prioritas pemerintah untuk pengendalian Covid-19. Menurutnya, pemerintah seharusnya bisa merealokasi dari hal-hal yang sifatnya tidak mendesak. 

Baca Juga: INDEF soroti pilihan Jokowi tunjuk Budi Gunadi sebagai Menteri Kesehatan

Sehingga menurutnya, vaksin bukan salah satu langkah yang bisa membuat ekonomi melaju kencang. Ia mengatakan, salah satu pendorong ekonomi dapat cepat pulih adalah bagaimana masyarakat dapat kembali memiliki pendapatan dan pekerjaan. Dengan demikian tentu secara otomatis akan mendorong daya beli masyarakat yang akan berkontribusi pada pemulihan ekonomi nasional.

“Sementara dampak dari pandemi untuk pengangguran terbuka saja ini ada tambahan pada Agustus 2020 dari 7,10 juta orang menjadi 9,77 juta orang,” katanya. 

Untuk itu, Enny juga menilai bahwa anggaran untuk perlindungan sosial di tahun 2021 juga belum tentu akan mendorong daya beli masyarakat. Apalagi, anggaran perlindungan sosial di tahun depan justru lebih kecil dibandingkan tahun 2020. 

“Sementara di perlindungan sosial 2020 saja tidak cukup memadai dan efektif untuk sekedar menopang daya beli. Terbukti konsumsi tumah tangga terkoreksi cukup dalam,” tutupnya. 

Selanjutnya: Reshuffle, INDEF sebut susunan kabinet kali ini unik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×