Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih melihat ada tiga hal yang akan menjadi bahan pertimbangan lembaga rating khususnya Standard and Poor's (S&P) untuk menentukan peringkat utang Indonesia pada 2015.
Pertama, Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2015. Lana bilang, S&P memberikan bobot yang lebih besar pada kesehatan fiskal. Rencana realokasi anggaran subsidi menjadi point penting yang akan dilihat oleh lembaga rating asal Amerika tersebut.
Semakin cepat pengajuan RAPBN-P maka akan lebih baik bagi penilaian. Dengan catatan tambahan, pembahasan anggaran tidak akan diperpanjang dan dibuat runyam oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). "Kalau pengajuan RAPBN-P 2015 itu terlambat, kemudian pembahasan di DPR alot maka bisa mengurangi penilaian," terangnya ketika dihubungi KONTAN, Jumat (12/12).
Kedua, defisit transaksi berjalan. Indonesia harus mampu mengempiskan defisit ke level yang lebih sehat lagi tahun depan.
Ketiga, rupiah. Nilai tukar rupiah yang sempat menyentuh level Rp 12.400 pada Jumat lalu (12/12) menunjukkan ekonomi Indonesia yang masih rentan. Ketika terjadi gejolak di luar, mata uang Garuda rentan.
Melihat ketiga indikator tersebut, Lana melihat, peringkat utang Indonesia untuk tahun depan kemungkinannya masih belum akan naik. "Kalaupun misalnya S&P tidak memberikan perbaikan rating, paling tidak konfirmasi bahwa outlook Indonesia bisa diupgrade dan bukan angkanya. Itu akan membantu Indonesia tahun depan," papar Lana.
Sementara itu, Ekonom Senior Standard Chartered Fauzi Ichsan menilai ada kemungkinan peringkat Indonesia bisa naik tahun depan. Hal-hal yang harus dilakukan pemerintah seperti menaikkan harga BBM sudah dilakukan. Rencana pemerintah untuk mengenakan kebijakan subsidi tetap harus dilakukan tahun depan.
Kebijakan reformasi subsidi ini akan diapresiasi oleh lembaga rating dan investor. Alhasil, inflow masih bisa mengalir deras pada tahun depan, sama seperti tahun ini. Sekedar gambaran, secara akumulatif dari awal tahun hingga November 2014, aliran masuk portofolio asing mencapai US$ 17,75 miliar.
Meskipun inflow diprediksi masih akan kuat tahun depan, Fauzi mengakui BI akan menaikkan acuan suku bunganya sebesar 50 bps pada semester dua 2015. Kenaikan ini untuk mengimbangi kenaikan suku bunga Amerika yang ia prediksi akan naik 50 bps tahun depan.
Asal tahu saja, dari beberapa lembaga pemeringkat, hanya lembaga pemeringkat utang Standard & Poor's (S&P) yang belum memberikan Indonesia peringkat layak investasi (investment grade). Lembaga lainnya seperti Fitch Ratings, Moody"s hinggaJapan Rating Agency telah menempatkan obligasi pemerintah Indonesia di level investment grade. S&P menetapkan peringkat utang Indonesia tetap pada level BB+ dengan outlook stabil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News