kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonom Maybank sarankan pemerintah perkuat sektor manufaktur berbasis ekspor


Kamis, 15 November 2018 / 20:40 WIB
Ekonom Maybank sarankan pemerintah perkuat sektor manufaktur berbasis ekspor
ILUSTRASI. PENURUNAN NILAI EKSPOR


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Neraca perdagangan di Oktober 2018 mengalami defisit sebesar US$ 1,82 miliar. Defisit tersebut disebabkan adanya defisit pada neraca migas sebesar US$ 1,42 miliar. Sementara defisit neraca non migas sebesar US$ 393,2 juta. Dengan begitu, kumulatif defisit di neraca dagang dari Januari hingga Oktober sudah mencapai US$ 5,51 miliar,

Ekonom Maybank Indonesia Myrdal Gunarto berpendapat, kebijakan yang bisa diambil untuk memperbaiki neraca dagang adalah dengan memperkuat sektor manufaktur berbasis produk ekspor.

Hal tersebut bisa dilakukan dengan mempermudah iklim investasi di daerah, sehingga kawasan ekonomi khusus dapat terbentuk. "Ini bertujuan untuk mendorong kontribusi ekspor manufaktur yang memiliki nilai tambah yg lebih besar drpd ekspor berbasis komoditas mentah," tutur Myrdal kepada Kontan.co.id, Kamis (15/11).

Myrdal pun berpendapat tentang defisit neraca dagang saat ini. Menurutnya, defisit neraca dagang yang semakin dalam di Oktober disebabkan laju pertumbuhan ekspor yang masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan impor.

Hal ini pun dipicu kenaikan harga komoditas yang terbatas dan cenderung menurun. Ditambah, permintaan produk eskpor tertahan karena sentimen perang dagang dan perlambatan ekonomi di negara tujuan ekspor. Sementara bila melihat dari sisi impor, pertumbuhannya masih terus tinggi karena kebutuhan domestik yang juga tinggi seperti bahan bakar minyak dan produk pangan.

"Harga minyak masih tinggi di tengah penguatan dollar. Apalagi masa musim penghujan membuat suplai pangan domestik agak terganggu. Sementara, kebutuhan untuk impor bahan infrastruktur juga masih tinggi seiring periode akhir tahun untuk penyelesaian proyek," terang Myrdal.

Sejak September 2018, pemerintah sudah menjalankan kebijakan perluasan B20 untuk mengurangi impor migas. Sayangnya, Myrdal pun menganggap kebijakan ini belum efektif mengingat suplai CPO yang terbatas karena sebagian besar sudah diekspor. Bila dilihat, volume impor migas di Oktober ini mengalami kenaikan sebesar 20,37% secara month to month.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×