Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Maybank Myrdal Gunarto memperkirakan defisit transaksi berjalan (CAD) masih akan melebar menjadi 3,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Hal tersebut disebabkan defisit perdagangan yang masih tinggi seiring dngan permintaan impor yang masih kuat baik untuk kebutuhan bahan bakar minyak (BBM), untuk pangan, juga bahan infrastruktur. Apalagi, saat harga minyak yang melonjak dibarengi dengan rupiah yang melemah.
"Kita juga melihat defisit primary income juga lebih lebar dibandingkan kuartal sebelumnya mengingat angka pembayaran bunga aset investasi, utang maupun dividen yang masih dijadwalkan mencapai puncaknya pada kuartal III," ujar Myrdal kepada Kontan.co.id, Kamis (8/11).
Pemerintah sudah melakukan berbagai kebijakan untuk menekan CAD. Beberapa di antaranya seperti kebijakan B20 untuk PSO dan Non PSO yang bertujuan untuk mengurangi impor minyak.
Ada pula kebijakan pengenaan pajak penghasilan (PPh) pasal 22 terhadap 1.147 barang impor. Namun, Myrdal berpendapat kebijakan tersebut belum berdampak signifikan mengingat penerapannya baru dimulai pada September.
Myrdal berpendapat, pengaruh kebijakan tersebut akan terlihat di kuartal IV. Dia memperkirakan, CAD di kuartal IV 2018 akan sekitar 2,9% dari PDB. Selain karena kebijakan yang telah ada, laju impor pun diasumsikan akan tertahan seiring dollar yang semakin mahal.
"Selain itu juga harga minyak sudah lebih rendah dari kuartal sebelumnya, sementara puncak pembayaran dividen perusahaan ke investor luar juga sudah lewat," tutur Myrdal.
Dengan begitu, Myrdal memperkirakan CAD sepanjang tahun 2018 sebesar 2,9% dari total PDB. Proyeksi ini masih sama dengan proyeksi Bank Indonesia yang diutarakan Oktober lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News