kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonom: Maret deflasi, BI rate tak perlu dikerek


Senin, 28 Maret 2011 / 06:50 WIB
Ekonom: Maret deflasi, BI rate tak perlu dikerek
ILUSTRASI. pabrik?kertas tisu atau tissue buatan PT Suparma Tbk SPMA


Reporter: Irma Yani | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Pemerintah menilai gejolak inflasi tak begitu tinggi pada Maret ini. Sehingga laju inflasi akan rendah atau bahkan terjadi deflasi pada Maret.

Lalu, bagaimana dengan suku bunga Bank Indonesia? Beberapa ekonom yang dihubungi KONTAN (27/3) menilai suku bunga acuan (BI Rate) belum perlu dikerek dari posisi saat ini yang sebesar 6,75%.

Chief Economist Mandiri Sekuritas Destry Damayanti memperkirakan, pada Maret ini inflasi akan mengalami deflasi, atau mencapai -0,07%.
Sehingga year on year mencapai 6,9%. "Penggeraknya adalah harga makanan yang cenderung turun dan penguatan rupiah yang cukup signifikan dalam dua bulan terakhir, sehingga menurunkan imported inflation," ujarnya.

Selain itu, deflasi Maret ini juga dikarenakan memasuki panen raya pada akhir Februari hingga April. "Maret memang tidak selalu deflasi, tapi memang bulan Maret biasanya inflasi rendah karena panen raya yang dimulai di akhir Februari. Biasanya deflasi baru terjadi pada April, seiring puncak panen raya," terangnya.

Maka, Destry menilai, suku bunga belum perlu dikerek dari posisi saat ini 6,75%. "Kita perkirakan BI akan hold di 6,75% untuk saat ini. Kami perkirakan di akhir kuartal II, BI baru mulai menaikan bunga," lanjutnya.

Sementara, pengamat ekonomi UGM Tony Prasentiono, melihat peluang deflasi sangat besar. Namun, dia memperkirakan maksimal deflasi sebesar 0,1% (minus 0,1%).

Menurutnya, faktor yang mempengaruhi adalah musim panen yang menyebabkan harga pangan atau produksi pertanian turun, termasuk harga cabai turun cukup tajam. Selain itu, rupiah yang terus menguat menyebabkan terelmininasinya potensi imported inflation.

Lanjut Tony, memang ada potensi inflasi yang berasal dari kenaikan harga minyak dunia, namun hal itu belum terlalu berpengaruh karena harga BBM bersubsidi masih tetap. "Kecuali jika krisis Libya berkepanjangan, harga minyak dunia terus naik, sehingga pemerintah terpaksa menaikkan harga premium, lalu inflasi tinggi bisa di atas 7% (yoy)," katanya.

Tony bilang, jika inflasi tinggi mencapai 7%, BI Rate terpaksa naik ke 7%. "Tapi itu jelas belum akan terjadi dalam waktu sebulan ke depan, dan BI Rate masih tetap untuk saat ini (6,75%)," tegasnya.

Adapun, Direktur Jasa Keuangan dan Analisis Moneter Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Sidqy Suyitno mengatakan, jika melihat Maret ini inflasi inti masih baik, sebaiknya suku bunga tidak dinaikkan. Menurutnya, suku bunga yang dinaikkan Februari lalu menjadi 6,75% masih cukup kondusif.

"Karena itu, saya optimis Maret ini Indonesia akan alami sedikit deflasi dari bahan pangan, yang selama ini menekan tingkat inflasi," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×